Courtesy of TechCrunch
Cushion, sebuah startup fintech yang dikenal sebagai "Plaid untuk beli sekarang, bayar nanti," telah memutuskan untuk tutup pada akhir 2024. Pendiri dan CEO-nya, Paul Kesserwani, mengungkapkan bahwa meskipun telah meluncurkan berbagai produk fintech baru, Cushion tidak mencapai skala yang diperlukan untuk mempertahankan bisnisnya. Didirikan pada tahun 2016 di San Francisco, Cushion berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 355.21 miliar ($21,6 juta) dari berbagai investor, tetapi akhirnya tidak dapat bertahan meskipun telah melayani lebih dari 1 juta konsumen.
Cushion menawarkan aplikasi yang membantu pengguna mengelola biaya bank mereka dengan cara bernegosiasi untuk mendapatkan pengembalian biaya yang tidak perlu. Kesserwani terinspirasi untuk membuat Cushion setelah mengalami masalah serupa saat membantu orang tuanya mengelola rekening bank mereka. Meskipun Cushion telah mencapai beberapa pencapaian, seperti memproses lebih dari Rp 4.93 triliun ($300 juta) dalam pinjaman BNPL dan memiliki lebih dari 200.000 pelanggan yang membayar, Kesserwani mengakui bahwa hasil akhir tidak sesuai harapan. Dia tetap optimis dan siap untuk tantangan baru di masa depan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang terjadi dengan Cushion?A
Cushion, sebuah startup fintech, telah memutuskan untuk menghentikan operasionalnya pada akhir tahun 2024.Q
Siapa pendiri Cushion?A
Pendiri Cushion adalah Paul Kesserwani.Q
Berapa total dana yang berhasil dihimpun oleh Cushion?A
Cushion berhasil menghimpun total dana sebesar $21,6 juta dari berbagai investor.Q
Apa yang dilakukan Cushion untuk konsumen?A
Cushion menawarkan aplikasi yang membantu konsumen dalam negosiasi biaya bank dan mendapatkan pengembalian biaya.Q
Apa yang diharapkan untuk tahun 2025 terkait startup?A
Data menunjukkan bahwa tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun yang sulit bagi banyak startup, dengan banyak yang kemungkinan akan ditutup.