Courtesy of YahooFinance
Pasar minyak global mengalami perubahan besar setelah sanksi baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap industri energi Rusia. Sebelumnya, banyak orang memperkirakan bahwa pada tahun 2025 akan ada surplus minyak yang besar dan harga yang stabil atau rendah. Namun, setelah sanksi ini, harga minyak meningkat dan diperkirakan bisa mencapai lebih dari Rp 1.32 juta ($80) per barel. Sanksi tersebut menargetkan produsen utama dan kapal tanker yang digunakan untuk mengangkut minyak, yang dapat mengganggu pasokan minyak Rusia dan membuat pelanggan lebih berhati-hati.
Selain sanksi terhadap Rusia, ada juga kemungkinan bahwa pemerintahan baru di bawah Donald Trump akan memperketat sanksi terhadap Iran, yang juga merupakan produsen minyak besar. Meskipun ada potensi kenaikan harga, beberapa analis tetap berhati-hati dan memperkirakan harga minyak Brent akan rata-rata sekitar Rp 1.25 juta ($76) per barel pada tahun 2025. Selain itu, persediaan minyak mentah di AS telah menurun selama tujuh minggu terakhir, yang juga dapat mendukung kenaikan harga. Para pengamat pasar akan menunggu laporan terbaru dari lembaga pemerintah dan organisasi energi internasional untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang situasi ini.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menjadi fokus utama artikel ini?A
Fokus utama artikel ini adalah dampak sanksi AS terhadap industri energi Rusia dan proyeksi harga minyak global.Q
Bagaimana sanksi terhadap Rusia mempengaruhi pasar minyak?A
Sanksi terhadap Rusia dapat mengganggu pasokan minyak dan membuat pelanggan Rusia lebih berhati-hati dalam mengambil pasokan.Q
Apa proyeksi harga Brent menurut analis?A
Proyeksi harga Brent menurut analis dapat mencapai kisaran $80 per barel dalam waktu dekat.Q
Apa dampak dari penurunan stok minyak di Cushing?A
Penurunan stok minyak di Cushing menunjukkan pengetatan pasokan yang dapat mendukung kenaikan harga minyak.Q
Siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan setelah Biden?A
Donald Trump akan mengambil alih kepemimpinan setelah Biden.