Courtesy of YahooFinance
Harga minyak mengalami kenaikan setelah sebelumnya turun tajam, dipicu oleh sanksi AS terhadap Rusia dan laporan industri yang menunjukkan penurunan stok minyak di AS. Harga minyak Brent kini berada di atas Rp 1.32 juta ($80) per barel, sementara West Texas Intermediate mendekati Rp 1.28 juta ($78) . Penurunan stok minyak AS sebesar 2,6 juta barel menunjukkan permintaan yang kuat, meskipun ada harapan untuk gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sanksi AS juga membuat pembeli minyak Rusia beralih ke pemasok OPEC+ lainnya, seperti India dan China, yang meningkatkan permintaan dari wilayah Timur Tengah.
Pasar minyak saat ini sedang diperhatikan, terutama menjelang laporan bulanan dari OPEC dan Badan Energi Internasional. Meskipun ada prediksi surplus pasokan di tahun 2025 dan 2026, sanksi terbaru terhadap Rusia dan kebijakan energi yang akan datang dari Presiden terpilih Donald Trump dapat mempengaruhi harga minyak. Para trader saat ini mencari kejelasan mengenai kebijakan energi Trump sebelum pelantikannya, yang dapat mempengaruhi produksi minyak domestik dan perdagangan internasional.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan rebound harga minyak?A
Harga minyak rebound setelah mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari sebulan karena sanksi AS terhadap Rusia dan laporan industri yang menunjukkan penurunan stok minyak AS.Q
Bagaimana sanksi AS terhadap Rusia mempengaruhi pasar minyak?A
Sanksi AS terhadap Rusia menyebabkan pembeli minyak beralih ke pemasok OPEC+ lainnya dan mempengaruhi pola harga fisik di AS.Q
Apa yang diharapkan dari laporan bulanan OPEC dan IEA?A
Laporan bulanan OPEC dan IEA diharapkan memberikan pandangan tentang keseimbangan pasar minyak ke depan.Q
Siapa yang terpengaruh oleh kebijakan energi Donald Trump?A
Kebijakan energi Donald Trump dapat mempengaruhi produksi minyak domestik dan hubungan perdagangan dengan negara lain, termasuk Kanada dan Iran.Q
Mengapa India beralih dari membeli minyak Rusia?A
India mulai membatasi pembelian minyak dari Rusia dan mencari sumber alternatif dari OPEC+ untuk memenuhi kebutuhan energinya.