Courtesy of NatureMagazine
Dua singa tanpa surai yang dikenal sebagai 'Man-eaters of Tsavo' terkenal karena memangsa pekerja kereta api di Kenya pada abad ke-19. Mereka dibunuh oleh seorang administrator kereta api, John Henry Patterson, pada tahun 1898, dan diperkirakan telah membunuh setidaknya 31 orang. Setelah kematian mereka, singa-singa ini dipajang di Museum Field di Chicago. Baru-baru ini, para peneliti menemukan rambut yang terjebak di gigi salah satu singa tersebut dan menggunakan teknik DNA kuno untuk mengidentifikasi makanan mereka, termasuk manusia, jerapah, dan wildebeest.
Baca juga: Penemuan tengkorak berusia 30 juta tahun mengungkapkan makhluk 'menakutkan' yang mendominasi Mesir.
Penemuan ini menunjukkan bahwa singa-singa tersebut mungkin menjelajahi area yang lebih luas dari yang diperkirakan, karena wildebeest yang ditemukan berada jauh dari lokasi kamp pekerja kereta api. Para peneliti berharap untuk bekerja sama dengan komunitas lokal untuk memahami lebih lanjut tentang DNA manusia yang ditemukan. Penelitian ini juga menekankan pentingnya melestarikan spesimen biologis agar dapat dianalisis kembali seiring dengan kemajuan teknologi di masa depan.