Courtesy of YahooFinance
Norinchukin Bank, salah satu bank terbesar di Jepang, memperkirakan kerugian tahunan mereka akan melebihi proyeksi awal sebesar ¥1,5 triliun (sekitar Rp 159.52 triliun ($9,7 miliar) ) karena mereka meningkatkan penjualan obligasi luar negeri yang tidak menguntungkan. Pada bulan Juni, bank ini mengejutkan pasar global dengan rencana untuk menjual sekitar ¥10 triliun obligasi pemerintah AS dan Eropa untuk mengurangi kerugian akibat keputusan investasi yang salah terkait suku bunga. Dalam enam bulan yang berakhir pada 30 September, bank ini mencatat kerugian bersih sebesar ¥893,9 miliar, dibandingkan dengan keuntungan sebesar ¥144,4 miliar pada tahun sebelumnya.
CEO Norinchukin, Kazuto Oku, menyatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan ketidakpastian yang semakin meningkat, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga di AS. Meskipun mengalami kerugian, Oku optimis bahwa mereka dapat kembali meraih keuntungan pada tahun fiskal berikutnya. Bank ini berencana untuk merombak portofolio investasi mereka dan berinvestasi dalam obligasi, saham, dan produk keuangan lainnya. Kerugian yang dialami Norinchukin juga menarik perhatian kementerian pertanian Jepang, yang mengadakan panel untuk meninjau struktur investasi dan tata kelola bank tersebut.