Courtesy of YahooFinance
Di Baku, Azerbaijan, negara-negara kaya sedang berusaha mencari cara untuk membantu negara-negara miskin menghadapi perubahan iklim dengan memberikan bantuan keuangan. Mereka membahas berbagai bentuk bantuan, seperti pinjaman, hibah, dan investasi swasta, dalam pertemuan tahunan PBB yang dikenal sebagai COP29. Namun, negara-negara miskin khawatir bahwa mereka akan mendapatkan sedikit uang dan banyak utang. Saat ini, mereka membutuhkan sekitar Rp 21.38 quadriliun ($1,3 triliun) untuk beralih ke energi bersih dan beradaptasi dengan perubahan iklim, jauh lebih banyak dibandingkan dengan target bantuan sebelumnya sebesar Rp 1.64 quadriliun ($100 miliar) per tahun.
Negara-negara maju memiliki anggaran bantuan sekitar Rp 3.29 quadriliun ($200 miliar) , tetapi perbedaan besar antara jumlah ini dan kebutuhan yang sebenarnya membuat negara-negara berkembang merasa khawatir. Mereka ingin sebagian besar bantuan datang dalam bentuk hibah dan pinjaman dengan bunga rendah, bukan hanya pinjaman yang dapat menambah utang. Beberapa ahli juga menyarankan untuk mengenakan pajak internasional pada sektor tertentu untuk membantu mendanai kebutuhan ini. Semua pihak sepakat bahwa solusi untuk masalah perubahan iklim harus melibatkan kombinasi dari berbagai sumber dana, termasuk hibah dan pengurangan utang, agar negara-negara yang paling terdampak dapat mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.