Courtesy of Forbes
Konferensi iklim tahunan terbesar di dunia, COP 29, telah dimulai di Baku, Azerbaijan. Konferensi ini bertujuan untuk meningkatkan kebijakan dan tindakan iklim global, terutama di tengah krisis iklim yang semakin mendesak, seperti banjir besar di Spanyol dan gelombang panas yang intens. Di COP 29, negara-negara akan fokus pada pembaruan komitmen pengurangan emisi mereka, yang dikenal sebagai Nationally Determined Contributions (NDCs), serta mendiskusikan pembiayaan iklim untuk membantu negara-negara berkembang yang paling terdampak oleh perubahan iklim.
Baca juga: Setahun Dalam Negosiasi Iklim - Kemenangan, Kerugian, dan Apa yang Akan Datang di Tahun 2024
Selain itu, COP 29 juga akan membahas pasar karbon, yang memungkinkan negara-negara untuk memperdagangkan kredit karbon guna mengurangi emisi secara efektif. Salah satu pencapaian penting sebelumnya adalah pembentukan Dana Kerugian dan Kerusakan untuk membantu negara-negara yang paling terpengaruh oleh dampak iklim. Diskusi di konferensi ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret untuk mendukung negara-negara rentan dan memperkuat solusi berbasis alam, seperti reforestasi, yang dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim sekaligus melindungi ekosistem. Keputusan yang diambil di Baku dalam dua minggu ke depan akan sangat mempengaruhi masa depan iklim global.