Courtesy of TechCrunch
Proyek besar bernama Stargate, yang bernilai Rp 1.64 quadriliun ($100 miliar) , akan menggunakan energi terbarukan seperti tenaga surya dan baterai untuk mendukung pusat data yang dibangun oleh OpenAI, Oracle, dan SoftBank Group. Dengan meningkatnya kebutuhan akan komputasi awan dan kecerdasan buatan, diperkirakan pusat data di AS akan mengonsumsi hingga 12% dari total energi yang diproduksi pada tahun 2028. Namun, ada kekhawatiran bahwa banyak pusat data baru tidak akan memiliki cukup pasokan energi.
Sementara tenaga nuklir juga menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan energi, banyak proyek nuklir mengalami keterlambatan dan biaya yang tinggi. Startup nuklir baru berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan memproduksi komponen reaktor secara massal. Namun, reaktor komersial pertama dari startup ini tidak akan siap sebelum tahun 2030. Di sisi lain, pembangkit listrik tenaga surya dan angin dapat dibangun lebih cepat, dengan waktu penyelesaian sekitar 18 bulan, sehingga menjadi pilihan utama untuk proyek Stargate yang mendesak ini.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa itu proyek Stargate?A
Proyek Stargate adalah usaha patungan senilai $100 miliar yang bertujuan untuk membangun pusat data baru untuk aplikasi kecerdasan buatan.Q
Siapa saja mitra dalam usaha patungan Stargate?A
Mitra dalam usaha patungan Stargate adalah OpenAI, Oracle, dan SoftBank Group.Q
Apa sumber energi yang akan digunakan untuk proyek Stargate?A
Sumber energi yang akan digunakan untuk proyek Stargate termasuk energi terbarukan seperti solar dan baterai, serta kemungkinan energi nuklir.Q
Mengapa energi nuklir menjadi pilihan bagi pengembang pusat data?A
Energi nuklir menjadi pilihan karena dapat menyediakan kapasitas besar untuk pusat data, meskipun ada tantangan dalam biaya dan waktu pembangunan.Q
Apa tantangan yang dihadapi oleh startup nuklir saat ini?A
Tantangan yang dihadapi oleh startup nuklir termasuk biaya berlebih dan keterlambatan dalam penyelesaian reaktor.