Courtesy of TechCrunch
Startup AI asal China, DeepSeek, mengejutkan dunia dengan peluncuran model R1 yang hampir sebanding dengan model terkemuka dari Google dan OpenAI, meskipun mereka mengklaim menggunakan jumlah GPU yang relatif sedikit untuk melatihnya. Hal ini membuat para ahli dan investor mempertanyakan apakah AI benar-benar memerlukan perangkat keras yang sangat besar seperti yang diperkirakan sebelumnya. Dengan meningkatnya permintaan energi dari pusat data AI, perusahaan teknologi seperti Google, Amazon, dan Microsoft berinvestasi besar-besaran dalam kapasitas energi, termasuk energi nuklir, untuk memenuhi kebutuhan ini.
Namun, ada keraguan apakah peningkatan kinerja AI hanya bergantung pada lebih banyak perangkat keras. DeepSeek mungkin telah menemukan cara baru untuk meningkatkan efisiensi AI tanpa memerlukan banyak sumber daya. Jika terbukti, ini bisa mengubah cara perusahaan teknologi berinvestasi dalam energi. Sementara itu, perusahaan energi yang berfokus pada energi terbarukan seperti angin dan solar mungkin lebih siap menghadapi permintaan listrik yang terus meningkat, karena teknologi ini lebih murah dan lebih mudah untuk diterapkan dibandingkan dengan pembangkit nuklir atau gas.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang membuat model R1 dari DeepSeek menarik perhatian?A
Model R1 dari DeepSeek menarik perhatian karena performanya yang hampir setara dengan model terkemuka dari Google dan OpenAI meskipun menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.Q
Berapa banyak GPU yang digunakan DeepSeek untuk melatih modelnya?A
DeepSeek menggunakan 2.048 Nvidia H800 GPU selama dua bulan untuk melatih modelnya.Q
Mengapa permintaan energi dari AI menjadi perhatian bagi perusahaan energi?A
Permintaan energi dari AI menjadi perhatian karena diprediksi bahwa data center akan mengkonsumsi hingga 12% dari total listrik di AS, yang lebih dari tiga kali lipat dari pangsa mereka pada tahun 2023.Q
Apa yang dilakukan Google dan Amazon terkait investasi energi nuklir?A
Google berkomitmen untuk membeli 500 megawatt kapasitas dari startup nuklir Kairos, sementara Amazon memimpin investasi $500 juta di startup nuklir X-Energy.Q
Bagaimana prospek teknologi nuklir di masa depan?A
Prospek teknologi nuklir di masa depan tergantung pada kemampuan untuk memproduksi energi dengan biaya yang cukup rendah dan bersaing dengan sumber energi terbarukan yang semakin murah.