Courtesy of Wired
Tahun lalu, ada video dari selebriti Amerika yang mendukung pro-Kremlin untuk menggulingkan Presiden Moldova, Maia Sandu. Video tersebut dibuat melalui aplikasi Cameo dan berisi pesan dalam bahasa Rusia yang kurang baik. Moldova, yang terletak di antara Uni Eropa dan Ukraina, telah lama mengeluhkan campur tangan Rusia, terutama menjelang pemilihan presiden dan referendum untuk bergabung dengan Uni Eropa. Media sosial seperti Facebook dan Telegram digunakan untuk menyebarkan disinformasi dan iklan politik yang dapat mempengaruhi opini publik. Peneliti memperkirakan bahwa Rusia telah menghabiskan sekitar €50 juta untuk campur tangan pemilu di Moldova, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat.
Moldova kini berada di ambang referendum penting, di mana warga negara akan memilih apakah mereka ingin negara mereka mencantumkan keinginan untuk bergabung dengan Uni Eropa. Meskipun survei menunjukkan bahwa 55 persen warga mendukung, lebih dari sepertiga pemilih yang memenuhi syarat harus memberikan suara agar referendum tersebut sah. Ada upaya dari kelompok pro-Kremlin untuk mendorong orang tidak memberikan suara, yang dapat membahayakan keberhasilan referendum. Selain itu, banyak aktivitas online mencurigakan yang diduga terkait dengan Rusia, termasuk tawaran uang kepada orang-orang untuk memposting pandangan anti-Uni Eropa di media sosial.