Courtesy of Reuters
Telegram, sebuah platform pesan, menghadapi masalah hukum di India setelah seorang hacker menggunakan chatbot Telegram untuk membocorkan data sensitif pelanggan dari perusahaan asuransi kesehatan terbesar di India, Star Health. Hacker tersebut meminta tebusan sebesar Rp 1.12 miliar ($68,000) untuk menghentikan kebocoran data yang mencakup informasi penting seperti kartu identifikasi biometrik dan dokumen klaim medis. Star Health telah meminta pengadilan untuk memaksa Telegram menghapus semua chatbot yang terlibat, tetapi pengacara Telegram menyatakan bahwa mereka tidak dapat memantau semua akun di platformnya karena akan melanggar hukum India.
Pengadilan meminta Star Health untuk memberikan informasi tentang chatbot bermasalah kepada Telegram, yang kemudian akan memblokirnya. Sementara itu, Star Health juga menyelidiki dugaan bahwa kepala keamanan mereka terlibat dalam kebocoran data tersebut, namun sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan kesalahan dari pihaknya. Kasus ini akan dilanjutkan dalam dua minggu mendatang.