Fokus
Sains

Kepemimpinan Ilmiah Meningkat China dalam Teknologi Fundamental

Share

Kisah tentang meningkatnya kekuatan sains China melalui eksperimen fisika fundamental dan simbol warisan semikonduktor, yang menunjukkan pergeseran kekuatan global dalam ranah teknologi dan inovasi.

08 Des 2025, 14.59 WIB

Modifikasi Genetik Jamur Ciptakan Protein Pengganti Ayam yang Lebih Ramah Lingkungan

Modifikasi Genetik Jamur Ciptakan Protein Pengganti Ayam yang Lebih Ramah Lingkungan
Para ilmuwan di Tiongkok berhasil menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR untuk memodifikasi jamur Fusarium venenatum, yang selama ini digunakan sebagai bahan pengganti daging. Modifikasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi produksi dan menjadikan mykoprotein dari jamur tersebut lebih ramah lingkungan dibandingkan daging ayam. Jamur ini menghasilkan protein dengan tekstur dan rasa yang sangat mirip dengan daging, namun dengan kebutuhan lahan yang lebih kecil, emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, serta risiko pencemaran air yang minimal. Hal ini menjadikan mykoprotein sebagai alternatif yang menarik untuk memenuhi kebutuhan protein manusia secara berkelanjutan. Alternatif protein berbasis jamur ini menjadi semakin penting karena popularitas produk pengganti daging dan daging hasil kultur laboratorium yang berkembang pesat. Namun, daging kultur laboratorium memiliki risiko dampak lingkungan yang besar saat diproduksi secara massal, sehingga mykoprotein bisa menjadi solusi yang lebih efektif. Penelitian ini menegaskan bahwa produksi mykoprotein yang lebih efisien dari hasil modifikasi genetik dapat memberikan keuntungan lingkungan yang nyata dibandingkan dengan protein hewani konvensional serta daging hasil kultur laboratorium. Ini juga sejalan dengan tuntutan global untuk protein berkualitas dan berkelanjutan. Menurut Liu Xiao dari Jiangnan University, temuan ini menunjukkan betapa pentingnya inovasi dalam pengembangan sumber protein yang bersih dan berkelanjutan. Kami dapat berharap lebih banyak produk pengganti daging berbasis jamur yang akan memasuki pasar dan membantu mengurangi dampak negatif produksi pangan terhadap lingkungan.
05 Des 2025, 20.05 WIB

Kontribusi Legendaris Chih-Tang Sah, Bapak Teknologi CMOS Semikonduktor

Kontribusi Legendaris Chih-Tang Sah, Bapak Teknologi CMOS Semikonduktor
Chih-Tang Sah adalah seorang insinyur elektronik asal Tiongkok yang dikenal sebagai pelopor dalam pengembangan teknologi transistor CMOS yang kini mendasari hampir semua chip semikonduktor modern. Bersama rekannya Frank Wanlass, ia menciptakan teknologi yang memungkinkan pembuatan chip dengan konsumsi daya rendah dan efisiensi tinggi. Teknologi CMOS yang dikembangkan oleh Sah dan Wanlass pada dasarnya menjadi fondasi utama bagi perangkat seperti smartphone, komputer, serta chip kecerdasan buatan, yang kini sangat penting dalam berbagai bidang teknologi dan industri. Pada tahun 2011, sekitar 99 persen chip di seluruh dunia menggunakan teknologi ini. Keberhasilan teknologi ini tidak hanya berdampak pada dunia teknologi, namun juga berpengaruh pada hubungan geopolitik, terutama antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Chip berbasis CMOS kini menjadi pusat perhatian di antara kedua negara, terutama dalam konteks teknologi tinggi dan keamanan. Chih-Tang Sah meninggal pada usia 92 tahun di Amerika Serikat dan jasadnya dibawa kembali ke Fujian, provinsi asal keluarganya di Tiongkok, untuk dimakamkan bersama istrinya. Sah juga dikenal sebagai profesor kehormatan di Universitas Xiamen, yang menunjukkan betapa besar penghargaan untuk kontribusi ilmiahnya. Warisan Sah sangat luas dan masih akan terus dirasakan dalam berbagai teknologi maju di masa depan. Teknologi CMOS yang ia kembangkan tetap menjadi pilar penting dalam industri semikonduktor dan akan terus memainkan peran penting dalam kemajuan teknologi, termasuk chip AI dan perangkat elektronik canggih lainnya.
05 Des 2025, 06.14 WIB

Eksperimen Atom Tunggal Buktikan Bohr Menang Lawan Einstein di Dunia Kuantum

Para ilmuwan dari University of Science and Technology of China telah berhasil mewujudkan eksperimen pemikiran yang diajukan oleh Albert Einstein pada tahun 1927. Eksperimen tersebut menggunakan atomic interferometer yang sangat sensitif dengan atom rubidium tunggal untuk menguji prinsip dasar mekanika kuantum terkait sifat foton dan interferensinya. Ide Einstein adalah mencoba mengukur jalur foton melewati celah pada percobaan double-slit tanpa menghilangkan pola interferensi gelombang, yang jika berhasil akan menantang mekanika kuantum. Namun, Niels Bohr berpendapat bahwa pengukuran semacam itu tidak mungkin dilakukan tanpa mengganggu sistem, karena sifat-sifat kuantum tertentu tidak dapat diobservasi bersamaan dalam satu waktu. Dalam percobaan di USTC, atom rubidium menjadi detektor 'cahaya' yang dapat menangkap momentum kecil dari foton yang melaluinya. Ketika atom dikunci dengan kuat, pola interferensi tetap utuh karena jalur foton tidak dapat diketahui. Sebaliknya, saat atom dikendalikan longgar, interferensi menghilang akibat atom bergerak sedikit dan menunjukkan jalur foton. Hasil ini mengkonfirmasi kembali bahwa prinsip ketidakpastian dan konsekuensi dari keterikatan kuantum benar adanya dan tidak dapat dilewati, serta menegaskan kemenangan teori Bohr atas argumen Einstein. Eksperimen ini sangat penting sebagai fondasi untuk penelitian mendalam dalam fisika kuantum fundamental. Selain itu, teknologi kontrol atom tunggal yang digunakan membuka peluang baru untuk mempelajari fenomena seperti decoherence dan hubungan antara keterikatan kuantum dan lingkungan, yang penting untuk pengembangan komputer kuantum, sensor presisi, dan jaringan komunikasi kuantum.