Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Sains

Teknologi Militer Tiongkok yang Muncul dan Ketegangan Diplomatik AS

Share

Kisah ini membahas inovasi teknologi militer oleh China, termasuk pengujian perangkat radio kuantum portabel dan pengembangan teknologi prajurit super yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat AS, memicu dinamika geopolitik yang semakin kompleks.

09 Des 2025, 22.00 WIB

Pengembangan Radio Kuantum Portabel Atasi Komunikasi Sulit di Medan Terpencil

Pengembangan Radio Kuantum Portabel Atasi Komunikasi Sulit di Medan Terpencil
Pasukan penjaga perbatasan sering beroperasi di daerah yang sulit seperti lembah dan hutan lebat. Kondisi ini menyebabkan komunikasi menjadi sangat menantang karena sinyal radio sulit diterima dan sering mengalami gangguan. Untuk mengatasi masalah tersebut, tentara Tiongkok menguji perangkat komunikasi kuantum portabel yang ringan dan praktis. Perangkat ini hanya seberat 3 kilogram dan mampu menangkap sinyal radio dari jarak puluhan kilometer. Hal ini menjadi terobosan penting karena sebelumnya sulit menerima sinyal yang kuat dan stabil di medan yang terhalang oleh bukit dan pepohonan lebat. Prototipe ini berhasil menampilkan informasi yang sudah didekode secara akurat. Zhan Zihao, seorang insinyur dari PLA Information Support Force, mengatakan alat ini bisa menjadi solusi komunikasi darurat ketika kondisi medan menyulitkan penggunaan komunikasi konvensional. Dengan alat ini, informasi dapat dikirim dan diterima secara lebih andal meskipun berada di lokasi yang jauh dan sulit dijangkau. Pengembangan teknologi ini juga menunjukkan betapa pentingnya riset ilmiah dalam mendukung kebutuhan militer modern. Mempersiapkan perangkat yang efektif untuk digunakan di medan tempur memungkinkan pasukan lebih siap menghadapi situasi yang tidak terduga namun dapat diperkirakan. Penemuan ini berpotensi mengubah cara komunikasi di medan sulit dan memperkuat kemampuan tentara dalam menjalankan misi pengamanan perbatasan. Dengan perangkat yang lebih canggih, komunikasi antar pasukan bisa berjalan dengan lebih lancar dan efektif meskipun kondisi geografis tidak mendukung.
08 Des 2025, 21.00 WIB

Teknologi Baru Ekstraksi Boron dari Air Laut dengan Energi Surya di China

Teknologi Baru Ekstraksi Boron dari Air Laut dengan Energi Surya di China
Para ilmuwan di Northwest A&F University di China menciptakan teknologi baru yang dapat mengekstrak boron dari air laut menggunakan energi surya. Boron adalah elemen penting yang digunakan dalam bahan bakar mesin scramjet untuk senjata hipersonik dan magnet khusus yang dibutuhkan dalam berbagai aplikasi militer dan industri. Meski China adalah konsumen terbesar boron di dunia, produksi dalam negeri masih sangat terbatas. Saat ini, teknologi desalinasi air laut seperti reverse osmosis tidak mampu menghilangkan boron, bahkan kadang meningkatkan kadar boron dalam air hasil olahan. Hal ini menjadi masalah karena konsumsi air yang mengandung boron dalam jangka panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Oleh sebab itu, inovasi untuk mengekstrak boron secara efektif sangat diperlukan. Teknologi baru yang dikembangkan mengandalkan tenaga surya sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan. Sistem ini memungkinkan ekstraksi dan pengumpulan boron secara efisien dari air laut. Dengan begitu, China dapat mengurangi ketergantungan pada impor boron dari negara lain seperti Turki dan Amerika Serikat, sekaligus menjaga kualitas air yang dikonsumsi. Ekstraksi boron dari air laut ini juga mendukung aspek lingkungan karena memanfaatkan sumber energi terbarukan dan menghindari proses ekstraksi mineral yang merusak alam. Selain itu, pemanfaatan boron secara maksimal penting untuk produksi magnet neodymium-iron-boron yang banyak digunakan dalam teknologi tinggi dan pertahanan nasional. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengamankan pasokan bahan baku strategi di China tetapi juga memastikan kesehatan masyarakat dengan menyaring kandungan boron berbahaya dalam air minum. Ini merupakan langkah maju dalam inovasi teknologi mineral dan energi terbarukan di China.
07 Des 2025, 21.20 WIB

BGI China, Ancaman Bioteknologi Terbesar yang Lampaui Huawei

BGI China, Ancaman Bioteknologi Terbesar yang Lampaui Huawei
China dan Amerika Serikat selama ini dikenal sebagai dua negara yang bersaing ketat dalam berbagai bidang teknologi. Baru-baru ini, perdebatan muncul mengenai perusahaan China bernama Beijing Genomics Institute atau BGI yang bergerak di bidang teknologi genomik. BGI dikatakan memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar, bahkan mungkin lebih besar dari Huawei, perusahaan besar asal China yang sudah dikenal secara global. BGI awalnya didirikan sebagai institusi penelitian genom di China dan kemudian berkembang menjadi perusahaan komersial yang menangani pengurutan DNA. Perusahaan ini mengumpulkan data genetik baik dari dalam negeri China maupun dari luar negara tersebut. Data ini diproses untuk berbagai pihak, termasuk rumah sakit, perusahaan farmasi, dan peneliti di banyak negara di dunia. Data genetik yang dikumpulkan oleh BGI berisi banyak informasi penting, seperti leluhur seseorang, ciri fisik, risiko penyakit, dan bahkan hubungan keluarga. Namun, menurut beberapa pejabat dan anggota parlemen Amerika Serikat, data ini bukan hanya sekedar informasi medis, tapi bisa menjadi aset strategis yang punya banyak fungsi, termasuk dalam pengawasan dan penelitian biologi jangka panjang. Ada ketakutan bahwa teknologi bioteknologi yang dikembangkan BGI dan China bisa dipakai untuk membuat 'tentara super' melalui modifikasi genetik. Pernyataan ini didukung oleh informasi dari mantan Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe, yang mengungkap bahwa China sedang mengembangkan database DNA populasi untuk tujuan militer dan menggunakan kecerdasan buatan untuk memodelkan kinerja manusia. Senator Mark Warner menyinggung masalah ini dengan membandingkan BGI saat ini dengan kondisi Huawei sekitar delapan sampai sembilan tahun lalu, ketika Huawei mulai menjadi nama besar dengan produk murah dan bagus yang sulit disaingi. Ia juga menilai bahwa aparat intelijen AS terkesan lambat dan kurang fokus terhadap ancaman teknologi bioteknologi yang berkembang dari perusahaan komersial seperti BGI.

Baca Juga

  • Mengurai Dinamika Hubungan: Pola Psikologis dalam Interaksi Modern

  • Teknologi Militer Tiongkok yang Muncul dan Ketegangan Diplomatik AS

  • Membayangkan Ulang Energi Nuklir: Keamanan, Fusi, dan Aplikasi Baru

  • Keunggulan Genetik: Bagaimana Sifat Turunan Mempengaruhi Tidur, Kecerdasan, dan Daya Tahan

  • Kebangkitan Seismik Asia: Memperkuat Kesiapsiagaan Gempa Bumi dan Tsunami