Stablecoins kini menjadi alat pembayaran digital yang semakin populer dan cepat dalam transaksi global. Data terbaru menunjukkan bahwa selama tahun 2025, stablecoins memproses total volume transaksi sebesar 46 triliun dolar, melonjak lebih dari 100% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini hampir tiga kali lipat dari volume transaksi Visa, salah satu perusahaan pembayaran terbesar di dunia.
Peningkatan ini bukan hanya pada angka kotor, namun juga terlihat dalam volume yang telah disesuaikan untuk menghilangkan aktivitas bot dan transaksi palsu. Setelah koreksi tersebut, stablecoins masih memproses transaksi sebesar 9 triliun dolar, naik 87% dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa stablecoin digunakan secara luas untuk transaksi nyata dan bukan hanya spekulasi perdagangan crypto.
Beberapa stablecoins terbesar dan paling banyak digunakan adalah Tether (USDT) dan USDC yang menguasai sekitar 87% dari pasar stablecoin. Blockchain Ethereum dan Tron menjadi platform utama, memproses 64% dari seluruh transaksi stablecoin. Dengan teknologi ini, mengirim uang dalam bentuk stablecoin menjadi sangat cepat dan murah, hanya memerlukan kurang dari satu sen biaya dan waktu kurang dari satu detik.
Sementara itu, stablecoins juga mulai memegang peranan penting dalam pasar keuangan tradisional, khususnya dalam penguatan dominasi dolar AS sebagai mata uang global. Saat ini, stablecoins menempati peringkat ke-17 dalam kepemilikan Surat Utang AS dengan jumlah sekitar 150 miliar dolar, lebih besar dari kepemilikan banyak bank sentral negara lain. Ini menunjukkan peran mereka sebagai kekuatan makroekonomi baru.
Menurut beberapa analis dan lembaga keuangan besar, termasuk Andreessen Horowitz dan Citibank, pasar stablecoin diperkirakan akan terus berkembang pesat dan bisa mencapai nilai lebih dari 3 hingga 4 triliun dolar pada tahun 2030. Pertumbuhan ini diperkirakan akan semakin mengukuhkan posisi stablecoin sebagai alat pembayaran masa depan di seluruh dunia.