Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Finansial

Ekspansi Stablecoin ke Layanan Remitansi dan Perbankan

Share

Beberapa perusahaan seperti Zepz, Western Union, MoneyGram, dan Pave Bank mengembangkan penggunaan stablecoin untuk layanan remitansi dan perbankan, meningkatkan efisiensi dan keamanan transfer keuangan di seluruh dunia.

27 Okt 2025, 13.28 WIB

Jepang Luncurkan Stablecoin Yen Pertama untuk Dorong Pembayaran Digital

Jepang Luncurkan Stablecoin Yen Pertama untuk Dorong Pembayaran Digital
Jepang akan memperkenalkan stablecoin pertama yang nilainya dipatok pada yen mulai hari Senin. Stablecoin ini merupakan langkah kecil namun penting untuk menarik teknologi blockchain ke dunia pembayaran sehari-hari, yang selama ini masih didominasi oleh uang tunai dan kartu. Perusahaan startup Tokyo, JPYC, mengumumkan akan menerbitkan stablecoin yen yang sepenuhnya didukung oleh simpanan bank domestik dan obligasi pemerintah Jepang. Untuk menarik pengguna baru, JPYC akan menggratiskan biaya transaksi pada peluncuran awal dan mendapatkan penghasilan dari bunga obligasi yang mereka pegang. Pemerintah Jepang telah mempersiapkan regulasi sejak 2023 untuk mengizinkan penerbitan stablecoin dengan pengawasan domestik yang ketat. Selain itu, tiga bank besar Jepang juga tengah mengembangkan stablecoin yen dan dolar yang bisa mempercepat adopsi aset digital di negara tersebut. Data pemerintah menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan pembayaran non-tunai di Jepang, dari 13,2% pada 2010 menjadi 42,8% pada 2024. Sementara itu, regulator juga sedang mempertimbangkan aturan agar bank bisa mengelola aset digital seperti Bitcoin secara resmi, dengan pendekatan yang seimbang untuk risiko dan stabilitas. Dengan rival regional seperti Korea Selatan dan Hong Kong yang juga mengembangkan stablecoin lokal, peluncuran stablecoin yen JPYC menjadi tanda bahwa Jepang siap membawa teknologi digital ke keuangan mainstream, menawarkan kemudahan transaksi dan pengurangan ketergantungan pada stablecoin dolar.
27 Okt 2025, 13.26 WIB

Western Union Luncurkan Pilot Sistem Stablecoin untuk Kirim Uang Lebih Cepat dan Murah

Western Union Luncurkan Pilot Sistem Stablecoin untuk Kirim Uang Lebih Cepat dan Murah
Western Union, perusahaan raksasa di bidang pengiriman uang global, akan mencoba sistem penyelesaian baru yang berbasis stablecoin, sebuah jenis aset digital yang nilainya dipatok pada mata uang tradisional seperti dolar Amerika Serikat. Ini bertujuan membuat proses transfer uang lintas negara jadi lebih cepat, murah, dan transparan menggunakan teknologi blockchain. Perusahaan selama ini masih mengandalkan jaringan perbankan koresponden yang relatif lambat dan mahal, sehingga mereka melihat peluang besar untuk meningkatkan kecepatan dan mengurangi biaya transaksi. CEO Western Union, Devin McGranahan, menegaskan bahwa sistem baru menawarkan keunggulan tanpa mengorbankan fungsi kepatuhan dan kepercayaan dari para pengguna. Dorongan utama untuk inisiatif ini adalah adanya regulasi yang semakin jelas berkat GENIUS Act, yang membuat perusahaan merasa lebih yakin menjalankan solusi digital asset. Minat besar dari institusi juga terlihat dari data pasar stablecoin yang sudah melewati 300 miliar dolar dan diperkirakan akan mencapai 2 triliun dolar pada tahun 2028. Stablecoin sangat berguna bagi pengguna di negara dengan inflasi tinggi karena mereka dapat menyimpan aset yang nilainya stabil dalam dolar AS, sehingga membantu mempertahankan daya beli. Kompetitor Western Union seperti MoneyGram dan beberapa bank besar juga mempercepat langkah mereka mengadopsi teknologi serupa untuk mempercepat layanan pengiriman uang. Berbagai inovasi dan kolaborasi di sektor ini menunjukkan tren penting bahwa blockchain dan stablecoin akan mengambil peran sentral dalam pembayaran dan transfer dana global di masa depan, terutama untuk menjawab kebutuhan akan layanan yang lebih cepat, transparan, dan efisien.
27 Okt 2025, 08.44 WIB

Peluncuran Stablecoin Yen Pertama di Jepang Buka Era Baru Pembayaran Digital

Peluncuran Stablecoin Yen Pertama di Jepang Buka Era Baru Pembayaran Digital
Jepang akan segera meluncurkan stablecoin pertama yang nilainya dipatok pada yen, dikeluarkan oleh startup JPYC. Ini merupakan langkah penting di negara yang selama ini masih sangat bergantung pada uang tunai dan kartu kredit untuk transaksi keuangan sehari-hari. Stablecoin JPYC didukung penuh oleh simpanan domestik dan obligasi pemerintah Jepang, sehingga memberikan keamanan dan stabilitas nilai mata uang digital ini bagi pengguna. Startup tersebut juga sedang fokus memperluas penggunaan dengan tidak membebankan biaya transaksi pada tahap awal. Langkah Jepang ini mengikuti tren global, termasuk dukungan dari Presiden AS Donald Trump dan kerangka regulasi baru yang memungkinkan penggunaan stablecoin di beberapa negara Asia seperti Korea Selatan dan China. Teknologi blockchain dianggap mampu memberikan transaksi yang lebih cepat dan murah. Meski ada rencana dari bank-bank besar Jepang untuk ikut menerbitkan stablecoin, masyarakat Jepang yang dikenal menyukai uang tunai masih akan butuh waktu untuk beradaptasi dengan metode pembayaran ini. Pemerintah dan bank sentral juga mengawasi ketat potensi risiko yang mungkin muncul terhadap sistem perbankan tradisional. Para ahli memprediksi bahwa popularitas stablecoin yen akan tumbuh secara bertahap dalam 2-3 tahun ke depan, dan peran bank besar dalam pasar ini bisa mempercepat proses adopsinya. Secara keseluruhan, ini adalah permulaan penting bagi inovasi keuangan digital di Jepang.
27 Okt 2025, 02.00 WIB

Western Union Tingkatkan Remitansi Global dengan Sistem Pembayaran Stablecoin

Western Union Tingkatkan Remitansi Global dengan Sistem Pembayaran Stablecoin
Western Union sedang melakukan upaya keras untuk memodernisasi pengiriman uang internasional dengan menggunakan teknologi digital terbaru, khususnya stablecoin. Ini dilakukan untuk menurunkan biaya dan mempercepat proses transfer uang lintas negara yang selama ini memakan waktu lama dan mahal. Perusahaan sebelumnya sangat berhati-hati dalam menggunakan mata uang kripto karena risiko volatilitas dan regulasi yang belum jelas. Namun, setelah adanya regulasi baru di Amerika Serikat berupa GENIUS Act, Western Union kini lebih percaya diri untuk menguji teknologi blockchain dalam operasional mereka. Dalam tahap pilot ini, Western Union mulai memakai stablecoin untuk penyelesaian transaksi dalam fungsi treasury mereka. Hal ini bertujuan agar mereka dapat mengurangi ketergantungan pada bank perantara, mempercepat penyelesaian pembayaran antarnegara, dan mengelola modal dengan lebih efisien. Western Union juga memperluas kerja sama dengan perusahaan digital di wilayah seperti Amerika Latin, Afrika, dan Asia Tenggara, di mana akses perbankan masih terbatas namun penggunaan kripto mulai populer. Tujuannya adalah memberikan konsumen lebih banyak pilihan dan kontrol dalam pengelolaan dana mereka. Transformasi digital ini menjadi penting karena para pesaing juga mulai mengadopsi stablecoin dan dompet digital, sehingga teknologi tersebut berpotensi menurunkan biaya pengiriman uang secara signifikan dari rata-rata 6,6% menjadi kurang dari 3%, dan meningkatkan volume pembayaran kripto global yang sudah naik 70% tahun ini.
26 Okt 2025, 18.13 WIB

Kyrgyzstan Luncurkan Stablecoin KGST dan Siapkan Mata Uang Digital Nasional

Kyrgyzstan Luncurkan Stablecoin KGST dan Siapkan Mata Uang Digital Nasional
Kyrgyzstan baru-baru ini meluncurkan stablecoin nasional bernama KGST yang dipatok 1:1 terhadap mata uang resmi mereka, som. Stablecoin ini dibangun di atas BNB Chain, sebuah jaringan blockchain yang terkenal di dunia kripto. Langkah ini merupakan upaya terbaru negara untuk mengadopsi teknologi kripto secara lebih luas demi modernisasi sistem keuangan nasional. Acara peluncuran stablecoin ini dihadiri oleh Changpeng Zhao, mantan CEO Binance, yang juga mengkonfirmasi rencana pemerintah Kyrgyzstan untuk membuat cadangan kripto nasional dan memulai pilot proyek mata uang digital bank sentral (CBDC). Pemerintah juga tengah mengembangkan rencana pelatihan dan literasi digital di bidang keuangan untuk masyarakat dan profesional. Bank Sentral Kyrgyzstan akan menguji coba penggunaan digital som dalam tiga tahap, dimulai dengan transfer antarbank, selanjutnya digunakan untuk pembayaran pemerintah dan sosial, lalu menguji transaksi saat koneksi internet terbatas. Setelah uji coba ini sukses, mereka akan menentukan apakah akan meluncurkan digital som secara nasional tahun 2026 mendatang. Binance Academy berkolaborasi dengan 10 universitas di Kyrgyzstan untuk membantu pelokalan aplikasi Binance dan pelatihan blockchain. Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Presiden Kyrgyzstan, Sadyr Japarov, yang mendorong pengembangan teknologi blockchain serta AI di negara tersebut sebagai bagian dari agenda modernisasi. Meskipun perjalanan adopsi kripto dan digital som masih di tahap awal, langkah Kyrgyzstan ini penting karena memperlihatkan bagaimana negara-negara kecil dapat mengambil bagian dalam evolusi keuangan global dengan memanfaatkan stablecoin dan CBDC. Progres ini akan terus dipantau oleh banyak pihak sebagai contoh inovasi di dunia finansial.
26 Okt 2025, 14.23 WIB

Penggunaan Stablecoin Meningkat Tajam, Masuk ke Transaksi Bisnis dan Konsumen

Volume transaksi stablecoin mengalami lonjakan signifikan sejak awal 2025, meningkat sebesar 70% dari 6 miliar dolar menjadi lebih dari 10 miliar dolar pada Agustus 2025. Hal ini mencerminkan bagaimana stablecoin kini tidak hanya digunakan dalam perdagangan kripto, tetapi mulai diperluas ke transaksi bisnis dan pembayaran konsumen sehari-hari. Menurut laporan Artemis, lebih dari dua pertiga dari total volume pembayaran stablecoin kini berasal dari transaksi bisnis-ke-bisnis. Transaksi ini meningkat lebih dari 113% sejak Februari, mencapai sekitar 6,4 miliar dolar per bulan, menunjukkan penggunaan on-chain yang semakin menyebar ke sektor riil. Selain itu, pembayaran menggunakan kartu kripto juga meningkat sebesar 36%, sementara pembayaran dari bisnis ke konsumen tumbuh 32%. Fitur prefunding yang memungkinkan pedagang mempertahankan likuiditas instan juga naik 61%, mendukung penggunaan stablecoin dalam berbagai skenario pembayaran. Dominasi jaringan Tron dalam settlement stablecoin mulai melemah dari 66% menjadi 48%, karena jaringan baru seperti Base, Codex, Plasma, dan Solana yang menawarkan biaya lebih rendah dan kecepatan lebih tinggi semakin populer. Di sisi aset, USDT masih memegang 79% pangsa pasar, sementara USDC memperbesar pengaruhnya dari 14% ke 21%. Para ahli menyoroti bahwa stablecoin kini bertransformasi menjadi modal yang dapat diprogram, yang tidak hanya menguntungkan sebagai aset digital dengan yield, tetapi dapat dipakai langsung dalam transaksi dunia nyata. Hal ini menandai evolusi penting dalam penggunaan cryptocurrency yang semakin meluas di berbagai sektor ekonomi.
25 Okt 2025, 21.24 WIB

Kyrgyzstan Luncurkan Stablecoin dan Mata Uang Digital Bersama Binance

Kyrgyzstan, sebuah negara di Asia Tengah, telah meluncurkan stablecoin nasional dan mata uang digital bank sentralnya. Hal ini dilakukan bekerja sama dengan Binance, salah satu bursa cryptocurrency terbesar di dunia. Presiden Sadyr Japarov menyatakan bahwa mata uang digital ini bertujuan untuk memperkuat sistem pembayaran pemerintah. Stablecoin bernama A5A7 yang ditempatkan di Kyrgyzstan sebenarnya sudah mendapat sanksi dari negara Barat. Hal itu karena stablecoin ini dianggap membantu menghindari sanksi terhadap Rusia akibat perang di Ukraina. Dengan adanya stablecoin baru ini, Kyrgyzstan berharap bisa mendorong pengembangan teknologi keuangan di negaranya. Changpeng Zhao, pendiri Binance, diangkat menjadi penasihat digital aset untuk Presiden Kyrgyzstan sejak Mei. Ia mengumumkan bahwa stablecoin dan mata uang digital som kini sudah berjalan di jaringan BNB Chain dan dapat digunakan untuk transaksi resmi termasuk pembayaran pemerintah. Selain itu, negara ini juga sudah membentuk cadangan mata uang digital nasional yang mencakup token BNB dari Binance. Langkah ini merupakan sinyal bahwa pemerintah serius dalam memanfaatkan teknologi blockchain sebagai bagian dari strategi keuangan negara. Namun, saat ini situasi politik di Kyrgyzstan cukup tegang dengan Presiden Japarov yang melarang penentangan politik. Negara ini juga dijadwalkan mengadakan pemilihan cepat pada akhir November, di mana pendukung Japarov ingin memperkuat kontrolnya di parlemen.
25 Okt 2025, 21.00 WIB

Federal Reserve Usulkan Akun Khusus untuk Perusahaan Crypto Akses Sistem Pembayaran

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengusulkan sebuah ide bernama 'skinny master account' yang memberikan akses terbatas bagi perusahaan cryptocurrency ke sistem pembayaran Fed. Ide ini bertujuan supaya perusahaan crypto bisa menggunakan jaringan pembayaran Fed langsung tanpa mengambil semua risiko yang biasanya ada pada akun master Fed. Saat ini, banyak perusahaan crypto seperti Custodia yang berusaha mendapatkan akses penuh ke master account Fed agar bisa terhubung langsung dengan sistem pembayaran tanpa perlu perantara bank. Namun tantangan risikonya membuat Fed mempertimbangkan versi terbatas seperti yang diusulkan Waller. 'Skinny master account' ini akan membatasi jumlah saldo yang bisa disimpan, tidak memberikan bunga, dan menghilangkan fasilitas pinjaman overdraft atau diskonto. Jika saldo nol, transaksi akan ditolak agar tidak menimbulkan risiko bagi Fed. Usulan ini dapat memberikan keuntungan besar bagi penerbit stablecoin, yang selama ini sudah beroperasi layaknya narrow bank yang hanya memegang cadangan penuh dan memfasilitasi pembayaran, sehingga perlahan bisa diintegrasikan ke sistem moneter Amerika Serikat dan meningkatkan kepercayaan pada stablecoin. Beberapa tokoh seperti David Malpass mendukung ide ini karena dianggap bisa melindungi daya beli dolar dan membantu AS bersaing secara global dalam pasar stablecoin yang terus berkembang. Proses pengkajian dan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan masih akan berlangsung.
25 Okt 2025, 19.30 WIB

Pertumbuhan Pesat Stablecoin di AS Usai Regulasi Federal Terbaru

Penggunaan stablecoin, yaitu token digital yang nilainya dipatok terhadap dolar AS, terus meningkat pesat sejak pemerintah Amerika Serikat mengesahkan regulasi federal pertama untuk mengatur penerbit stablecoin melalui Genius Act pada Juli 2024. Aturan ini mewajibkan penerbit stablecoin untuk mendukung token mereka dengan aset yang sangat likuid seperti Treasury bills, sehingga membantu meningkatkan kepercayaan dan keamanan penggunaan stablecoin. Data terbaru dari Artemis, penyedia data blockchain, menunjukkan bahwa pada Agustus 2024 volume transaksi stablecoin mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS untuk pembayaran barang, jasa, dan transfer uang, naik dari 6 miliar dolar pada Februari di tahun yang sama. Jika tren ini berlanjut, total transaksi stablecoin bisa mencapai 122 miliar dolar dalam setahun, meskipun masih jauh lebih kecil dari volume pembayaran konvensional. Transaksi bisnis kini menjadi dominan dalam penggunaan stablecoin, mencapai 6,4 miliar dolar per bulan, naik lebih dari dua kali lipat sejak Februari, sementara transaksi antar konsumen tetap stabil di angka sekitar 1,6 miliar dolar. Rata-rata pembayaran bisnis stablecoin mencapai 250.000 dolar AS, karena kecepatan transfer menjadi sangat penting untuk transaksi besar dan lintas negara, yang selama ini terhambat oleh proses perbankan tradisional. Perusahaan dan bank pun mulai merespon tren ini. Misalnya, Zelle, layanan pengiriman uang yang dimiliki oleh bank-bank di AS, berencana untuk memperluas layanannya secara internasional dengan memanfaatkan stablecoin sebagai media transfer lintas negara. Hal ini menunjukkan bahwa stablecoin semakin diakui sebagai alat pembayaran yang efisien dan layak digunakan di dunia nyata. Para ahli percaya bahwa kemampuan stablecoin untuk menyediakan pengembalian hasil (yield) sekaligus mempercepat transfer uang bakal semakin mendorong adopsi stablecoin di masa depan. Seiring pengguna semakin percaya dan melihat manfaat praktisnya, penggunaan stablecoin bisa berkembang pesat dan menjadi bagian penting dari sistem keuangan global.
25 Okt 2025, 13.00 WIB

China Tahan Proyek Stablecoin Perusahaan Daratan di Hong Kong Demi Kontrol Ketat

Pemerintah China melalui regulatornya berusaha mengendalikan gelombang antusiasme yang berkembang terkait dengan stablecoin dan tokenisasi aset di Hong Kong. Hal ini dilakukan untuk memastikan pengawasan yang ketat atas pengembangan produk keuangan digital di wilayah tersebut. Orang dalam yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa People's Bank of China (PBOC) telah memanggil beberapa perusahaan asal daratan China, termasuk bank dan penyedia layanan pembayaran non-bank, untuk menunggu instruksi lebih lanjut terkait proyek stablecoin mereka di Hong Kong. Ant Group dan JD.com adalah dua perusahaan besar yang diminta oleh regulator China untuk tidak melanjutkan proyek stablecoin mereka di Hong Kong. Langkah ini bertujuan menenangkan gairah yang berkembang selama berbulan-bulan mengenai pengembangan stablecoin dan tokenisasi aset nyata. Hong Kong sendiri sudah mulai mengizinkan pengembangan sektor aset digital sejak tahun 2022, namun Beijing nampaknya ingin mengendalikan ekspansi ini agar tetap sesuai dengan kebijakan dan kontrol pemerintah pusat. Ini menunjukkan sikap China yang terbuka terhadap aset digital namun dengan aturan ketat. Meski ada pembatasan pada proyek stablecoin tertentu, sikap China terhadap aset digital secara keseluruhan tetap positif dalam konteks persaingan global, terutama dengan Amerika Serikat, yang juga aktif dalam mengembangkan teknologi digital dan aset kripto.
Setelahnya

Baca Juga

  • Kebangkitan Privasi Zcash Meningkatkan Posisi Pasarnya

  • Investasi Miliarder pada Saham Komputasi Kuantum dan Implikasi Pasar

  • Rumble dan Tether Meluncurkan Bitcoin Tipping untuk Kreator guna Menantang YouTube

  • Peluncuran Token dan Airdrop Polymarket di Tengah Ekspansi Pasar Prediksi

  • Rekomendasi Saham Jim Cramer Mempengaruhi Sentimen Pasar