Courtesy of TechCrunch
Nebius, perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Yandex, akan kembali diperdagangkan di pasar publik setelah lebih dari dua tahun dihentikan oleh Nasdaq karena sanksi ekonomi setelah invasi Rusia ke Ukraina. Nebius, yang berbasis di Belanda, berfokus pada infrastruktur cloud untuk penggunaan AI dan berusaha menjadi salah satu pemain terkemuka di Eropa dalam layanan "GPU-as-a-service". Meskipun merupakan startup yang baru, Nebius dapat diinvestasikan oleh publik, memberikan alternatif bagi investor dibandingkan perusahaan besar seperti Alphabet atau Microsoft.
Baca juga: Perusahaan Hosting Cloud AI CoreWeave Meluncurkan IPO Senilai Rp 44.40 triliun ($2,7 Miliar)
Yandex, yang didirikan pada tahun 1997 dan dikenal sebagai "Google Rusia", sebelumnya memiliki nilai pasar mencapai Rp 509.80 triliun ($31 miliar) sebelum konflik Rusia-Ukraina. Setelah menjual aset-asetnya di Rusia dan mengakhiri hubungan dengan negara tersebut, Nebius kini memiliki dana Rp 32.89 triliun ($2 miliar) untuk melanjutkan operasinya. CEO Arkady Volozh menyatakan ambisi Nebius untuk menjadi salah satu perusahaan infrastruktur AI terbesar di dunia, dengan rencana untuk melanjutkan perdagangan sahamnya pada 21 Oktober 2024.