Courtesy of Wired
Konferensi yang diadakan untuk membahas kesepakatan pembiayaan baru bagi negara-negara berkembang dalam menghadapi perubahan iklim mengalami penundaan selama 33 jam karena perbedaan pendapat antara hampir 200 negara. Meskipun harapannya adalah negara-negara maju akan berkomitmen memberikan lebih dari Rp 16.45 quadriliun ($1 triliun) per tahun, pada akhirnya kesepakatan yang dicapai hanya sebesar Rp 4.93 quadriliun ($300 miliar) per tahun hingga 2035. Meskipun ada target yang lebih besar dalam dokumen, tidak ada kejelasan mengenai dari mana dana tersebut akan berasal, apakah dari pemerintah atau sektor swasta.
Beberapa pihak menganggap pencapaian kesepakatan ini sebagai langkah positif, sementara yang lain merasa sangat kecewa karena angka pembiayaan yang disepakati tidak mencukupi kebutuhan negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim. China, meskipun masih dianggap sebagai negara berkembang, tidak diwajibkan untuk memberikan bantuan pembiayaan iklim, tetapi untuk pertama kalinya akan memberikan kontribusi sukarela. Banyak negara dan aktivis yang merasa bahwa kesepakatan ini tidak memenuhi harapan dan kebutuhan mereka dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa fokus utama dari konferensi ini?A
Fokus utama dari konferensi ini adalah menyetujui kesepakatan pendanaan baru untuk membantu negara berkembang dalam tindakan iklim mereka.Q
Mengapa kesepakatan pendanaan iklim tertunda?A
Kesepakatan pendanaan iklim tertunda karena adanya ketidaksepakatan di antara hampir 200 negara mengenai jumlah pendanaan yang akan diberikan.Q
Apa jumlah pendanaan yang disepakati untuk negara berkembang?A
Jumlah pendanaan yang disepakati untuk negara berkembang adalah $300 miliar per tahun hingga tahun 2035.Q
Siapa yang memimpin kepresidenan COP dan apa perannya?A
Kepresidenan COP dipimpin oleh Mukhtar Babayev, menteri ekologi dan sumber daya alam Azerbaijan, yang berperan dalam mengoordinasikan negosiasi.Q
Apa kritik yang disampaikan oleh Mohamed Adow terhadap hasil konferensi?A
Mohamed Adow mengkritik hasil konferensi sebagai bencana bagi negara-negara yang sedang berkembang dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap rakyat dan planet.