Courtesy of TechCrunch
Permintaan terhadap kecerdasan buatan (AI) semakin meningkat, sehingga penyedia AI harus lebih memperhatikan masalah keamanan data. Mereka harus mematuhi peraturan privasi data yang baru dan menghadapi skeptisisme dari klien mengenai penggunaan data mereka. Namun, banyak organisasi kesulitan untuk menerapkan praktik keamanan data yang lebih ketat. Menurut survei, setengah dari organisasi menganggap keamanan data sebagai hambatan utama dalam mengadopsi AI. Untuk mengatasi masalah ini, Abhi Sharma dan Leila Golchehreh mendirikan Relyance AI, sebuah platform yang memeriksa apakah penggunaan data perusahaan sesuai dengan kebijakan yang ada.
Relyance AI bekerja dengan memindai sumber data organisasi, seperti aplikasi pihak ketiga dan lingkungan cloud, untuk memastikan kesesuaian dengan peraturan privasi dan kebijakan. Mereka menciptakan "inventaris data" dan "peta data" untuk membantu organisasi memantau risiko dari vendor eksternal dan melacak aliran data. Meskipun ada pesaing lain di pasar, Relyance menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan peningkatan pelanggan dan pendapatan. Mereka baru saja mengumpulkan dana sebesar Rp 526.24 miliar ($32 juta) untuk memperluas tim dan mendukung pengembangan produk mereka.