Courtesy of TechCrunch
CEO perusahaan pencarian AI, Perplexity, Aravind Srinivas, menawarkan untuk membantu New York Times (NYT) saat para pekerja teknologi mereka melakukan mogok kerja. Pekerja tersebut meminta kenaikan gaji tahunan sebesar 2,5% dan pengaturan kerja yang lebih baik, tetapi perusahaan tidak setuju. Pihak NYT mengkritik mogok ini karena terjadi menjelang pemilihan presiden di AS, yang dianggap penting bagi publik. Sementara itu, Srinivas menawarkan bantuan teknis untuk memastikan informasi tetap tersedia selama pemilihan, tetapi banyak orang menganggap tawarannya sebagai tindakan yang tidak etis karena dapat merugikan pekerja yang sedang mogok.
Meskipun Srinivas menyatakan bahwa tawarannya bukan untuk menggantikan pekerja, banyak yang merasa bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi kekuatan pekerja dalam bernegosiasi. Hubungan antara NYT dan Perplexity juga tidak baik, karena NYT sebelumnya mengirimkan surat peringatan kepada Perplexity terkait penggunaan artikel mereka untuk model AI. Situasi ini menunjukkan ketegangan antara perusahaan dan pekerja dalam industri media dan teknologi.