Courtesy of YahooFinance
Para ahli kesehatan memperkirakan bahwa gelombang kasus COVID-19 di AS musim dingin ini akan jauh lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat mempengaruhi Pfizer, perusahaan yang memproduksi vaksin dan obat COVID-19, untuk mencari pertumbuhan dari produk non-COVID mereka, seperti obat kanker. Penjualan produk COVID-19, meskipun masih memberikan keuntungan, diperkirakan akan menurun, dan investor mulai khawatir tentang kinerja Pfizer di masa depan. Saat ini, saham Pfizer diperdagangkan di sekitar Rp 43.58 juta ($26,50) , jauh lebih rendah dibandingkan saat puncak pandemi.
Baca juga: Q4 Earnings Recap: Supernus Pharmaceuticals (NASDAQ:SUPN) Mengungguli Saham Farmasi Bermerk
Data terbaru menunjukkan bahwa kasus COVID-19 di AS menurun, dengan tingkat diagnosis yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Banyak orang kini memiliki kekebalan karena telah terinfeksi atau divaksinasi, sehingga virus sulit menyebar secara luas. Para ahli mikrobiologi juga tidak melihat tanda-tanda lonjakan kasus yang signifikan saat ini, dan berharap jumlah kasus COVID-19 akan menurun drastis di musim semi. Meskipun ada kekhawatiran tentang varian baru, saat ini tidak ada varian yang muncul yang dapat menyebabkan lonjakan besar dalam kasus.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang terjadi dengan kasus COVID-19 di AS musim dingin ini?A
Kasus COVID-19 di AS musim dingin ini menunjukkan tanda-tanda gelombang yang lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Q
Mengapa Pfizer menghadapi tekanan dari investor?A
Pfizer menghadapi tekanan dari investor untuk meningkatkan kinerja produk non-COVID mereka setelah penjualan COVID menurun drastis.Q
Apa proyeksi penjualan Paxlovid untuk tahun 2024?A
Proyeksi penjualan Paxlovid untuk tahun 2024 adalah sekitar $5,3 miliar.Q
Siapa Albert Bourla dan apa pernyataannya tentang COVID-19?A
Albert Bourla adalah CEO Pfizer yang menyatakan bahwa mereka masih mengharapkan gelombang infeksi baru pada akhir 2024 dan awal 2025.Q
Apa yang dikatakan Jeremy Kamil tentang imunitas dan gelombang COVID?A
Jeremy Kamil menjelaskan bahwa gelombang COVID yang berkurang disebabkan oleh imunitas yang terbangun setelah banyak orang terinfeksi atau divaksinasi.