Courtesy of TechCrunch
Databricks, sebuah platform analitik data yang berbasis di San Francisco, baru saja mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 164.45 triliun ($10 miliar) dalam pembiayaan ekuitas Seri J, dengan valuasi mencapai Rp 1.02 quadriliun ($62 miliar) . Selain itu, mereka juga mendapatkan tambahan Rp 86.34 triliun ($5,25 miliar) dalam pembiayaan utang dari berbagai lembaga keuangan besar. Databricks didirikan pada tahun 2013 dan membantu perusahaan dalam mengumpulkan serta menganalisis data dari berbagai sistem untuk mendapatkan wawasan yang berguna, seperti membantu pengecer memahami produk mana yang paling laku.
Dengan dana baru ini, Databricks berencana untuk mengembangkan produk AI baru, memperkuat operasi pemasaran global, dan melakukan akuisisi baru. Meskipun CEO Databricks, Ali Ghodsi, menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) dalam waktu dekat, ada kemungkinan IPO bisa terjadi pada tahun 2025. Perusahaan juga berencana menggunakan sebagian dana untuk memberikan likuiditas kepada karyawan saat ini dan mantan karyawan, yang menunjukkan bahwa IPO mungkin akan terjadi lebih lambat daripada yang diharapkan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang diumumkan oleh Databricks terkait pendanaan terbaru mereka?A
Databricks mengumumkan bahwa mereka telah menutup pendanaan Seri J sebesar $10 miliar dengan valuasi $62 miliar.Q
Siapa saja investor yang terlibat dalam pendanaan Databricks?A
Investor yang terlibat termasuk JPMorgan Chase, Barclays, Citi, Goldman Sachs, Morgan Stanley, Temasek, QIA, dan Meta.Q
Apa tujuan utama dari pendanaan yang diperoleh Databricks?A
Tujuan utama dari pendanaan ini adalah untuk berinvestasi dalam produk AI baru, memperkuat operasi pemasaran global, dan mendanai akuisisi baru.Q
Kapan Databricks berencana untuk melakukan IPO?A
Databricks berencana untuk melakukan IPO pada tahun 2025, meskipun ada ketidakpastian terkait ekonomi.Q
Mengapa CEO Databricks, Ali Ghodsi, mengatakan bahwa IPO tahun lalu adalah keputusan yang 'bodoh'?A
Ali Ghodsi menyatakan bahwa IPO tahun lalu adalah keputusan yang 'bodoh' karena adanya pemilihan dan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.