Courtesy of TechCrunch
Databricks baru saja mengumpulkan dana sebesar Rp 164.45 triliun ($10 miliar) , salah satu yang terbesar dalam sejarah, dan CEO-nya, Ali Ghodsi, menjelaskan bahwa mereka akan menunggu hingga setidaknya tahun 2025 untuk melakukan IPO (penawaran umum perdana). Ghodsi merasa bahwa tahun ini tidak tepat untuk IPO karena ketidakpastian ekonomi, seperti suku bunga dan inflasi. Dengan dana yang baru didapat, Databricks dapat memberikan kesempatan bagi karyawan awal untuk mendapatkan keuntungan dan terus berkembang tanpa terburu-buru untuk go public.
Ghodsi juga menyebutkan bahwa meskipun banyak perusahaan teknologi baru yang mendapatkan valuasi tinggi, banyak dari mereka tidak memiliki produk atau inovasi yang nyata, yang menunjukkan adanya "gelembung" di pasar. Dia percaya bahwa Databricks memiliki posisi yang kuat dan dapat bersaing dengan perusahaan besar lainnya di bidang analitik data dan AI. Meskipun ada tantangan dari pesaing seperti Snowflake, Ghodsi yakin bahwa perusahaan mereka akan terus tumbuh dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang baru saja dilakukan oleh Databricks?A
Databricks baru saja menutup salah satu putaran pendanaan terbesar dengan mengumpulkan $10 miliar.Q
Mengapa Ali Ghodsi menunda IPO Databricks?A
Ali Ghodsi menunda IPO Databricks karena ingin mendapatkan stabilitas di pasar dan menghindari risiko di tahun pemilihan.Q
Apa yang dimaksud dengan 'AI bubble' menurut Ghodsi?A
Menurut Ghodsi, 'AI bubble' merujuk pada valuasi tinggi yang tidak realistis terhadap startup yang tidak memiliki produk atau inovasi yang jelas.Q
Siapa yang menjadi pesaing utama Databricks?A
Pesaing utama Databricks adalah Snowflake, yang juga beroperasi di bidang analitik data.Q
Apa tujuan dari akuisisi Tabular oleh Databricks?A
Tujuan dari akuisisi Tabular adalah untuk memperkuat posisi Databricks dalam persaingan dengan Snowflake.