Courtesy of InterestingEngineering
Korea Utara, yang sering dianggap terisolasi secara teknologi, mulai mengembangkan kemampuan kecerdasan buatan (AI) dalam operasi militernya. AI kini semakin banyak digunakan dalam strategi militer di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan China. Korea Utara berusaha mengintegrasikan AI untuk meningkatkan efektivitas militernya, yang selama ini terbatas sumber daya. Mereka mungkin menggunakan senjata otonom seperti drone dan kendaraan tak berawak yang dapat melakukan misi tanpa banyak campur tangan manusia, meskipun ini menimbulkan kekhawatiran etis dan risiko konflik yang tidak terduga.
Penggunaan AI juga berpotensi meningkatkan kemampuan siber Korea Utara, yang sudah dikenal melalui serangan siber terhadap lembaga keuangan. Dengan AI, mereka dapat melancarkan serangan dan mengeksploitasi jaringan dengan lebih cepat. Namun, penggunaan teknologi ini membawa risiko besar, seperti kemungkinan kesalahan yang bisa memperburuk konflik. Selain itu, perkembangan AI di Korea Utara dapat mempengaruhi keseimbangan kekuatan di Asia Timur, memicu ketegangan di antara negara-negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, dan AS, serta mengubah hubungan diplomatik di kawasan tersebut.