Lebih banyak remaja melaporkan menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan sekolah, meskipun ada kekurangan pada teknologi tersebut.
Courtesy of TechCrunch

Rangkuman Berita: Lebih banyak remaja melaporkan menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan sekolah, meskipun ada kekurangan pada teknologi tersebut.

TechCrunch
Dari TechCrunch
16 Januari 2025 pukul 04.50 WIB
132 dibaca
Share
Generasi muda, khususnya Gen Z, semakin banyak yang menggunakan ChatGPT, chatbot berbasis AI dari OpenAI, untuk membantu pekerjaan sekolah mereka. Menurut survei terbaru oleh Pew Research Center, sekitar 26% remaja di AS berusia 13 hingga 17 tahun mengaku telah menggunakan ChatGPT untuk tugas sekolah, angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu. Meskipun lebih dari setengah remaja merasa penggunaan ChatGPT untuk penelitian dan tugas tertentu seperti matematika dan penulisan esai adalah hal yang dapat diterima, ada kekhawatiran mengenai keakuratan informasi yang diberikan oleh ChatGPT.
Namun, ChatGPT tidak selalu dapat diandalkan, terutama dalam hal matematika dan fakta sejarah. Penelitian menunjukkan bahwa ChatGPT tidak lebih baik dari tebakan acak dalam menjawab pertanyaan sejarah tingkat doktoral. Selain itu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan ChatGPT untuk belajar matematika justru mendapatkan hasil yang lebih buruk dibandingkan yang tidak menggunakannya. Meskipun beberapa siswa merasa terbantu dalam mencari bahan penelitian, mereka cenderung kurang terampil dalam menyusun informasi tersebut. Banyak guru juga merasa bahwa penggunaan AI dalam pendidikan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang dilakukan Pew Research Center terkait penggunaan ChatGPT oleh Gen Z?
A
Pew Research Center melakukan survei untuk mengetahui seberapa banyak Gen Z menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan sekolah.
Q
Berapa persentase remaja yang menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan sekolah?
A
Sekitar 26% remaja melaporkan telah menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan sekolah.
Q
Apa hasil penelitian tentang kemampuan ChatGPT dalam matematika?
A
Penelitian menunjukkan bahwa ChatGPT tidak terlalu baik dalam matematika dan hanya sedikit lebih akurat daripada tebakan acak.
Q
Bagaimana dampak penggunaan ChatGPT terhadap siswa di Jerman dan Turki?
A
Di Jerman, siswa yang menggunakan ChatGPT lebih mudah menemukan materi penelitian tetapi kurang terampil dalam menyintesisnya, sedangkan di Turki, siswa dengan akses ke ChatGPT mendapatkan hasil lebih buruk dalam tes matematika.
Q
Apa pandangan guru K-12 tentang penggunaan AI seperti ChatGPT dalam pendidikan?
A
Sekitar 25% guru K-12 berpendapat bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT dalam pendidikan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.

Rangkuman Berita Serupa

Studi menyoroti pengguna termuda AI.Axios
Teknologi
1 bulan lalu
42 dibaca
Studi menyoroti pengguna termuda AI.
China bergulat dengan cara mengajarkan anak-anak untuk menggunakan AI, dan bagaimana menggunakannya secara etis.SCMP
Teknologi
1 bulan lalu
150 dibaca
China bergulat dengan cara mengajarkan anak-anak untuk menggunakan AI, dan bagaimana menggunakannya secara etis.
Sebuah Studi Baru Mengatakan ChatGPT Lebih Baik Sebagai Terapis Daripada Manusia — Para Ilmuwan Menjelaskan MengapaForbes
Sains
2 bulan lalu
118 dibaca
Sebuah Studi Baru Mengatakan ChatGPT Lebih Baik Sebagai Terapis Daripada Manusia — Para Ilmuwan Menjelaskan Mengapa
OpenAI memperkenalkan agen ChatGPT baru untuk 'penelitian mendalam'TechCrunch
Teknologi
2 bulan lalu
87 dibaca
OpenAI memperkenalkan agen ChatGPT baru untuk 'penelitian mendalam'
Laporan: Mayoritas remaja AS telah kehilangan kepercayaan pada Big TechTechCrunch
Teknologi
2 bulan lalu
108 dibaca
Laporan: Mayoritas remaja AS telah kehilangan kepercayaan pada Big Tech
Laporan: Mayoritas remaja di AS telah kehilangan kepercayaan pada Big TechTechCrunch
Teknologi
2 bulan lalu
89 dibaca
Laporan: Mayoritas remaja di AS telah kehilangan kepercayaan pada Big Tech
AI untuk Solusi Pembelajaran Berbasis Data: Apakah Socrates Sudah Datang?Forbes
Teknologi
2 bulan lalu
47 dibaca
AI untuk Solusi Pembelajaran Berbasis Data: Apakah Socrates Sudah Datang?