Courtesy of Forbes
Danny Jenkins, CEO dan Co-Founder ThreatLocker, menjelaskan bahwa dunia keamanan siber telah berubah drastis. Sekarang, alat seperti ChatGPT dapat membuat kode berbahaya tanpa perlu keahlian pemrograman, sehingga meningkatkan jumlah ancaman siber. Dalam eksperimen yang dilakukan, kode berbahaya yang dihasilkan AI berhasil melewati sistem keamanan tradisional, menunjukkan bahwa ancaman ini semakin sulit dideteksi. Selain itu, serangan phishing juga semakin canggih karena AI dapat membuat email yang tampak profesional dan meyakinkan, sehingga banyak orang yang tertipu.
Baca juga: Bom waktu AI malware
Untuk melawan ancaman ini, pendekatan yang disarankan adalah "least privilege," yaitu hanya mengizinkan perangkat lunak yang diperlukan untuk berjalan. Meskipun AI dapat membantu mendeteksi perilaku yang mencurigakan, keputusan akhir tetap memerlukan penilaian manusia. Dengan mengadopsi strategi yang lebih cerdas dan melibatkan intervensi manusia, perusahaan dapat lebih baik melindungi diri dari risiko perangkat lunak berbahaya, baik yang dihasilkan oleh AI maupun yang lainnya.
Pertanyaan Terkait
Q
Siapa Danny Jenkins dan apa perannya di ThreatLocker?A
Danny Jenkins adalah CEO dan Co-Founder dari ThreatLocker, yang berfokus pada keamanan siber.Q
Bagaimana AI mengubah cara malware dan serangan phishing dibuat?A
AI memungkinkan pembuatan malware dan serangan phishing yang lebih canggih dan sulit dideteksi.Q
Apa tantangan utama dalam mendeteksi ancaman yang dihasilkan oleh AI?A
Tantangan utama adalah bahwa sistem deteksi tradisional bergantung pada tanda tangan malware yang dikenal.Q
Mengapa pendekatan 'privilege minimum' penting dalam keamanan siber?A
Pendekatan 'privilege minimum' penting untuk membatasi perangkat lunak yang dapat dijalankan, mengurangi risiko serangan.Q
Apa peran intervensi manusia dalam menghadapi ancaman siber yang berkembang?A
Intervensi manusia diperlukan untuk menilai apakah perilaku perangkat lunak berbahaya atau tidak, karena AI tidak dapat menentukan niat di balik tindakan.