
Teknologi kecerdasan buatan generatif kini semakin banyak digunakan para penipu untuk meniru suara dan video yang sulit dibedakan dengan aslinya. Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi bank-bank di Amerika Serikat, dengan angka yang diperkirakan naik dari 12,3 miliar dolar pada 2023 menjadi 40 miliar dolar pada 2027. Regulator dan perusahaan keuangan harus segera mencari cara agar mampu melawan ancaman ini yang terus berkembang.
Salah satu metode penting adalah penggunaan autentikasi suara multi-faktor, yang menggabungkan biometrik suara dengan kode PIN, pertanyaan keamanan, dan biometrik perilaku. Selain itu, sistem autentikasi konteks juga dipakai agar bisa memeriksa siapa yang menelepon, kapan, dan dari mana asal panggilan tersebut, untuk mendeteksi panggilan mencurigakan yang berpotensi penipuan.
Robocall atau panggilan otomatis yang digunakan untuk menipu juga terus menjadi masalah. Namun, berbagai perusahaan mendapatkan manfaat dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk memantau dan menganalisis pola panggilan secara real-time. AI dapat membantu memperkirakan dan mencegah ancaman sebelum mereka menyebar lebih luas.
Selain teknologi, faktor manusia juga sangat penting. Pelatihan dan pendidikan tentang skenario penipuan dan penggunaan deepfake harus diberikan kepada eksekutif dan agen call center agar tahu cara mengenali serta menangani penipuan berbasis suara. Keamanan data suara pun perlu diperketat dengan enkripsi dan kontrol akses agar tidak mudah disalahgunakan.
Kesimpulannya, meskipun penipuan berbasis AI menimbulkan risiko besar, dengan investasi strategis pada autentikasi, deteksi, edukasi, serta kemitraan antar lembaga, perusahaan keuangan dapat mengubah risiko menjadi peluang untuk menciptakan lingkungan finansial yang lebih aman dan terpercaya di masa depan.