
Dalam wawancara bersama Nikhil Kamath, Elon Musk membagikan visi masa depan di mana kecerdasan buatan membuat kerja menjadi sesuatu yang opsional karena mesin-mesin mampu menciptakan kelimpahan sumber daya. Namun, Musk juga mengingatkan soal ancaman penurunan populasi yang bisa menghambat perkembangan kesadaran kolektif umat manusia, yang menempatkan peran manusia tetap krusial bagi kemajuan.
Sementara Musk melihat masa depan itu sebagai kemungkinan jauh, perubahan nilai dan perilaku pekerja sudah terlihat hari ini. Banyak orang mulai memprioritaskan kontribusi, otonomi, dan makna dalam pekerjaan mereka, serta menuntut fleksibilitas yang memungkinkan mereka menyeimbangkan kebutuhan hidup dan kerja secara lebih baik.
Data dari Gallup menunjukkan bahwa saat ini lebih dari separuh pekerja dengan pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote memilih model kerja hybrid atau remote dibandingkan masa sebelum pandemi. Penelitian JLL juga mengungkap bahwa keseimbangan antara kehidupan dan kerja kini menjadi lebih penting daripada hanya gaji semata.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi gig menunjukkan perubahan besar dalam dunia kerja di mana semakin banyak orang memilih pekerjaan independen dan mendiversifikasi sumber pendapatan mereka. Struktur kerja tradisional yang bergantung pada satu perusahaan kini mulai ditinggalkan oleh berbagai profesi di semua sektor.
Kesimpulannya, masa depan kerja adalah tentang pemberian ruang pada manusia untuk berinovasi, bereksperimen, dan memberikan kontribusi bermakna, bukan tentang penghapusan peran manusia. Organisasi yang memahami hal ini akan mampu menarik tenaga kerja yang termotivasi secara intrinsik, yang bekerja bukan karena terpaksa, tapi karena ingin mencapai tujuan hidup mereka.