Kontroversi Deepfake Sora 2 Dorong OpenAI Perketat Kebijakan Pelindungan Artis
Courtesy of TheVerge

Kontroversi Deepfake Sora 2 Dorong OpenAI Perketat Kebijakan Pelindungan Artis

Memberikan informasi tentang respons OpenAI dan pihak terkait terhadap kontroversi penggunaan teknologi deepfake pada aplikasi Sora 2, serta upaya perlindungan hak dan kontrol bagi para artis dan individu terkait.

21 Okt 2025, 07.14 WIB
311 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Kekhawatiran tentang penggunaan teknologi AI dalam video dapat mengancam hak cipta seniman.
  • Pentingnya perlindungan hukum bagi seniman untuk melawan penyalahgunaan teknologi replikasi.
  • Perubahan kebijakan oleh OpenAI menunjukkan respons terhadap kritik dari industri hiburan.
Baru-baru ini, teknologi deepfake yang digunakan dalam aplikasi Sora 2 menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktor dan serikat pekerja. Video yang menampilkan aktor Bryan Cranston muncul tanpa izin, begitu juga video lain yang kontroversial. Hal ini memicu perdebatan tentang bagaimana teknologi AI digunakan tanpa perlindungan bagi para kreator.
OpenAI selaku pengembang Sora 2 mengakui adanya kesalahan dan mengumumkan penguatan kebijakan opt-in untuk penggunaan suara dan rupa para artis. Mereka juga berjanji menanggapi keluhan pelanggaran kebijakan secara cepat. Ini menjadi langkah penting untuk melindungi hak para artis dan individu yang terlibat.
Selain Cranston, dukungan juga datang dari berbagai agen bakat seperti United Talent Agency dan Creative Artists Agency, yang sebelumnya mengkritik kurangnya perlindungan dari OpenAI. Hal ini menunjukkan bahwa industri hiburan dan teknologi mulai bersinergi untuk menangani dampak teknologi baru.
SAG-AFTRA, serikat pekerja aktor, menegaskan perlunya regulasi hukum yang ketat dengan mendukung pengesahan RUU NO FAKES Act. Mereka menilai teknologi ini dapat dimanfaatkan secara masif tanpa izin dan merugikan para pekerja seni secara luas jika tidak ditangani secara serius.
OpenAI akhirnya berbalik dari kebijakan opt-out dan berkomitmen memberikan kontrol lebih aktif dan terperinci kepada para pemilik hak atas karakter yang dihasilkan aplikasi mereka. Hal ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan teknologi AI yang lebih etis dan bertanggung jawab.
Referensi:
[1] https://theverge.com/news/803141/openai-sora-bryan-cranston-deepfakes

Analisis Ahli

Sean Astin
"Mendesak perlindungan hukum yang kuat bagi para seniman untuk mencegah penyalahgunaan teknologi replikasi massal, menyoroti pentingnya RUU NO FAKES Act sebagai solusi jangka panjang."

Analisis Kami

"Perubahan kebijakan OpenAI menunjukkan kesadaran dan tanggung jawab yang penting dalam menghadapi tantangan etika teknologi AI deepfake. Namun, tanpa regulasi yang jelas dan dukungan hukum yang kuat, risiko penyalahgunaan dan pelanggaran hak pribadi tetap tinggi di masa depan."

Prediksi Kami

Teknologi deepfake akan menghadapi regulasi lebih ketat dan perusahaan seperti OpenAI akan mengadopsi kebijakan yang lebih transparan dan melibatkan persetujuan eksplisit dari para kreator dan pemilik hak untuk mencegah penyalahgunaan.