Courtesy of InterestingEngineering
Malaria adalah penyakit yang telah mengganggu manusia selama berabad-abad dan masih menyebabkan jutaan kematian setiap tahun. Namun, para ilmuwan dari London School of Hygiene and Tropical Medicine telah menemukan cara baru untuk melawan penyakit ini dengan menggunakan nyamuk yang dimodifikasi secara genetik. Dalam uji klinis, mereka menunjukkan bahwa gigitan nyamuk yang membawa parasit malaria yang dilemahkan dapat berfungsi sebagai vaksin. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan infeksi malaria dengan lebih efektif dibandingkan vaksin yang ada saat ini.
Baca juga: Gigitan pembunuh: Para ilmuwan mempersenjatai darah manusia melawan nyamuk pembawa malaria.
Dalam percobaan tersebut, sukarelawan yang digigit nyamuk yang membawa parasit malaria yang dimodifikasi (GA2) menunjukkan tingkat perlindungan sebesar 89% terhadap infeksi malaria, sementara kelompok yang menerima versi sebelumnya (GA1) hanya memiliki perlindungan 13%. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan baru ini dapat mengurangi beban malaria secara signifikan, terutama di daerah yang paling terpengaruh oleh penyakit ini. Temuan ini dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine, dan para peneliti berencana untuk melakukan uji coba yang lebih besar di masa depan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menjadi fokus penelitian di London School of Hygiene and Tropical Medicine?A
Fokus penelitian adalah pengembangan vaksin malaria menggunakan nyamuk yang dimodifikasi secara genetik.Q
Bagaimana cara kerja vaksin yang menggunakan nyamuk yang dimodifikasi?A
Vaksin bekerja dengan menggunakan nyamuk yang membawa bentuk parasit malaria yang dilemahkan untuk memicu respons imun pada manusia.Q
Apa perbedaan antara GA1 dan GA2 dalam penelitian ini?A
GA1 adalah versi sebelumnya yang memiliki tingkat perlindungan lebih rendah dibandingkan GA2.Q
Apa tingkat perlindungan yang diberikan oleh vaksin GA2?A
Vaksin GA2 memberikan tingkat perlindungan sebesar 89 persen terhadap infeksi malaria.Q
Di mana hasil penelitian ini dipublikasikan?A
Hasil penelitian ini dipublikasikan di The New England Journal of Medicine.