Courtesy of TechCrunch
Air bersih, jalan yang aman, akses internet, dan listrik adalah hal penting yang bergantung pada infrastruktur yang baik. Namun, di Amerika, infrastruktur ini sedang mengalami masalah serius dengan nilai C- dari American Society of Civil Engineers. Untuk membantu memperbaiki situasi ini, sebuah perusahaan bernama Mach9 menggunakan teknologi AI untuk mengubah pemindaian lidar menjadi model rekayasa 2D dan 3D dengan biaya dan waktu yang lebih efisien. Produk utama mereka, Digital Surveyor, dapat secara otomatis mengidentifikasi lebih dari 20 fitur seperti tiang utilitas dan rambu lalu lintas, yang sebelumnya dilakukan secara manual oleh manusia.
Mach9 didirikan oleh Alexander Baikovitz, yang terinspirasi saat belajar di Carnegie Mellon University. Mereka awalnya ingin mengembangkan sistem pemetaan, tetapi setelah berbicara dengan pelanggan, mereka menyadari bahwa tantangan sebenarnya adalah mengubah data pemetaan menjadi informasi yang berguna. Dengan Digital Surveyor, proses identifikasi fitur menjadi jauh lebih cepat, dari beberapa hari menjadi kurang dari 10 menit per mil. Perusahaan ini baru saja mendapatkan pendanaan sebesar Rp 197.34 miliar ($12 juta) untuk mengembangkan perangkat lunak mereka lebih lanjut dan menambah jumlah fitur yang dapat diidentifikasi.