Courtesy of CoinDesk
Laporan inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu dapat mempengaruhi harga bitcoin (BTC) setelah periode tenang selama 48 jam. Minggu ini sangat dinamis untuk cryptocurrency, terutama setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS pada 6 November, yang menyebabkan total pasar cryptocurrency melonjak dari Rp 36.18 quadriliun ($2,2 triliun) menjadi Rp 49.34 quadriliun ($3 triliun) , sebelum turun kembali menjadi sekitar Rp 46.05 quadriliun ($2,8 triliun) . Bitcoin, sebagai cryptocurrency terbesar, mencapai harga Rp 1.48 juta ($90.000) pada 12 November. Laporan yang akan datang diperkirakan menunjukkan bahwa biaya hidup meningkat 2,6% dibandingkan tahun lalu, yang bisa memicu volatilitas harga bitcoin.
Kenaikan inflasi ini menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi keputusan Federal Reserve mengenai suku bunga. Implied volatility untuk kontrak opsi bitcoin juga meningkat tajam, menunjukkan ekspektasi pasar akan fluktuasi harga yang besar. Di masa lalu, rilis data inflasi sering kali menyebabkan penurunan harga bitcoin, tetapi ketika inflasi melambat, harga bitcoin justru meningkat. Kini, dengan prediksi inflasi yang kembali naik, banyak yang bertanya-tanya apakah harga bitcoin akan mengalami perubahan dramatis lagi.