Courtesy of Wired
Cisco, sebuah perusahaan teknologi besar, menghadapi ketegangan internal terkait responsnya terhadap konflik di Gaza. Meskipun CEO Chuck Robbins awalnya mengeluarkan pernyataan yang mengakui penderitaan kedua belah pihak, banyak karyawan merasa bahwa perusahaan telah mengabaikan kelompok advokasi Palestina di dalamnya. Beberapa karyawan mengklaim bahwa mereka mengalami pelecehan dan marginalisasi, serta bahwa perusahaan menghentikan petisi internal yang menyerukan pembatasan penjualan ke Israel karena masalah hak asasi manusia. Di sisi lain, beberapa karyawan Yahudi merasa bahwa perusahaan tidak cukup melindungi mereka dari pelecehan oleh kelompok Palestina.
Situasi ini semakin rumit setelah foto eksekutif Cisco, Francine Katsoudas, berpose dengan anggota kelompok Palestina menjadi viral dan memicu reaksi negatif. Meskipun Cisco berusaha untuk mendengarkan semua perspektif dan menjaga dialog yang sehat, banyak karyawan merasa bahwa tindakan perusahaan tidak konsisten dan tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang dijanjikan. Ketegangan ini menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman, dengan beberapa karyawan merasa terpaksa untuk tidak kembali ke kantor karena takut akan keselamatan mereka.