Courtesy of CNBCIndonesia
Ikhtisar 15 Detik
- Tahun 2023 adalah tahun paling panas dalam 2.000 tahun terakhir.
- Pemanasan global yang disebabkan oleh gas rumah kaca dan El Nino menyebabkan dampak ekstrem seperti gelombang panas dan kekeringan.
- Perjanjian Paris 2015 perlu ditinjau ulang berdasarkan data terbaru tentang pemanasan global.
Jakarta, Indonesia - Penelitian yang dilakukan oleh Ulf Buntgen dan timnya di University of Cambridge menemukan bahwa tahun 2023 adalah tahun terpanas dalam 2.000 tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan analisis lingkar pohon untuk menggambarkan kondisi lingkungan pada tahun tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global pada tahun 2023 sangat luar biasa dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bahkan, kenaikan temperatur pada awal revolusi industri jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023.
Temuan ini membuat Perjanjian Paris 2015 menjadi tidak tepat karena perbandingan dari musim panas 2023 dan sebelum revolusi industri mencapai 2,2 derajat Celcius. Para ahli menekankan pentingnya segera mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencegah dampak yang lebih parah.