Courtesy of CNBCIndonesia
Ikhtisar 15 Detik
- Perubahan iklim menyebabkan pencairan es abadi di Pegunungan Jayawijaya.
- Kerjasama antara BMKG dan PT Freeport Indonesia penting untuk memantau dampak perubahan iklim.
- Deforestasi berkontribusi pada peningkatan gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa salju abadi di puncak Pegunungan Jayawijaya akan hilang pada tahun 2026 akibat perubahan iklim. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa pencairan es tidak hanya terjadi di Jayawijaya, tetapi juga di Pegunungan Himalaya, yang merupakan rumah bagi Gunung Everest. Perubahan iklim ini disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca, terutama dari deforestasi yang membuat suhu udara meningkat.
Sejak tahun 2010, BMKG bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia untuk memantau pencairan es di Puncak Jayawijaya. Mereka menggunakan alat pemantau berupa potongan pipa yang dipasang di lokasi tersebut. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa ketebalan es yang awalnya 32 meter pada tahun 2010, telah menyusut menjadi hanya 5,6 meter pada tahun 2016.
Pada tahun 2024, BMKG kembali memantau gletser di Puncak Sudirman dan menemukan bahwa luas es menyusut dari 0,23 kilometer persegi pada tahun 2022 menjadi hanya 0,11-0,16 kilometer persegi. Hal ini menunjukkan bahwa pencairan es semakin cepat dan menjadi perhatian serius terkait dampak perubahan iklim.