Courtesy of Wired
Laporan terbaru menunjukkan bahwa aktor yang didukung negara, seperti Rusia, lebih suka melakukan pengumpulan intelijen dan operasi pengaruh daripada serangan yang merusak, yang bisa dianggap sebagai permusuhan langsung terhadap pemerintah AS. Sementara itu, penjahat siber yang termotivasi secara ideologis dan finansial cenderung melakukan serangan yang mengganggu, seperti ransomware atau serangan DDoS. Meskipun ada beberapa serangan yang berhasil, laporan tersebut menyatakan bahwa 95 persen ancaman siber terhadap pemilu tidak berhasil. Kerja sama antara otoritas lokal, negara bagian, dan federal sangat penting untuk mencegah serangan dan mengurangi dampaknya.
Menjelang pemilu 2024, kekhawatiran tentang keamanan domestik meningkat, dengan ancaman dari ekstremis yang berusaha melakukan kekerasan terhadap pejabat terpilih dan merusak kotak suara. Ada juga kekhawatiran tentang propaganda yang menyerukan perang sipil, yang dapat meningkatkan risiko serangan domestik. Laporan tersebut memperingatkan bahwa kekerasan yang ditargetkan dan terorisme yang terkait dengan individu yang termotivasi ideologis akan tetap menjadi ancaman selama siklus pemilu mendatang, dan potensi ancaman dari dalam sistem pemilu AS juga perlu diwaspadai.