Courtesy of Forbes
Dalam perlombaan untuk mengembangkan superintelligence, dua tokoh utama muncul: Sam Altman dari OpenAI dan Demis Hassabis dari DeepMind. Keduanya berambisi menciptakan mesin yang dapat berpikir dan belajar seperti manusia. Dalam bukunya, "Supremacy: AI, ChatGPT, and the Race That Will Change the World", jurnalis Parmy Olson membahas persaingan mereka dan tantangan etis yang dihadapi. Perlombaan ini tidak hanya melibatkan perusahaan teknologi besar di AS seperti Google dan Microsoft, tetapi juga memiliki dampak geopolitik, terutama antara AS dan China.
Pengembangan superintelligence sangat mahal dan sering kali memaksa perusahaan untuk mengorbankan idealisme mereka demi mendapatkan dana. Altman dan Hassabis berusaha menyeimbangkan ambisi mereka dengan risiko yang ditimbulkan oleh teknologi ini. Keduanya menyadari bahwa superintelligence bisa menjadi ancaman bagi umat manusia jika tidak dikelola dengan baik. Dengan meningkatnya tekanan dari pemerintah dan kebutuhan untuk bersaing secara global, kemungkinan kolaborasi antara perusahaan teknologi dan lembaga intelijen juga semakin besar.