Courtesy of InterestingEngineering
Peneliti telah mempelajari DNA yang terawetkan dalam sisa-sisa kerangka korban letusan gunung berapi di Pompeii pada tahun 79 Masehi. Letusan hebat dari sistem vulkanik Somma-Vesuvius ini mengubur kota Pompeii di bawah lapisan abu vulkanik, sehingga banyak tubuh penduduknya terawetkan. Tim peneliti dari Universitas Harvard menemukan bahwa beberapa asumsi yang selama ini ada, seperti sepasang tubuh yang dianggap sebagai ibu dan anak, ternyata adalah pria dewasa dan anak yang tidak memiliki hubungan keluarga. Temuan ini menunjukkan bahwa narasi sejarah yang dibangun sejak penemuan kembali Pompeii pada abad ke-18 bisa jadi tidak akurat.
Baca juga: Letusan Gunung Vesuvius mengubah otak seorang pria menjadi kaca. Inilah bagaimana itu terjadi.
Analisis DNA dari 14 dari 86 cetakan tubuh yang sedang dipulihkan mengungkapkan hubungan genetik, jenis kelamin, dan asal nenek moyang individu-individu tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa penduduk Pompeii memiliki latar belakang genetik yang beragam, berasal dari berbagai bagian Mediterania, yang mencerminkan sifat kosmopolitan Kekaisaran Romawi. Penelitian ini menekankan pentingnya menggabungkan data genetik dengan informasi arkeologis dan sejarah untuk menghindari kesalahpahaman yang didasarkan pada asumsi modern. Temuan ini juga menunjukkan pola mobilitas dan pertukaran budaya yang luas di dalam Kekaisaran Romawi.