Courtesy of CNBCIndonesia
Ikhtisar 15 Detik
- Hyundai Steel menghadapi tantangan besar akibat tarif baja yang dikenakan oleh AS.
- Perusahaan melakukan pemangkasan gaji dan mempertimbangkan PHK sukarela untuk menghemat biaya.
- Konflik dengan serikat pekerja memperburuk situasi keuangan dan operasional perusahaan.
Hyundai Steel, perusahaan baja pertama dari Korea Selatan, mengumumkan status manajemen darurat pada 14 Maret 2025. Mereka memotong gaji eksekutif sebesar 20% dan mempertimbangkan program pensiun sukarela untuk semua karyawan. Keputusan ini diambil karena tarif 25% yang dikenakan oleh AS terhadap impor baja dari Korea, yang membuat perusahaan mengalami penurunan profitabilitas. Selain itu, mereka juga menghadapi persaingan ketat dari perusahaan baja Tiongkok dan Jepang.
Di sisi lain, Hyundai Steel sedang berjuang dengan serikat pekerjanya terkait negosiasi upah. Serikat pekerja menolak tawaran bonus kinerja dan meminta kenaikan gaji pokok yang lebih tinggi. Meskipun perusahaan melaporkan penurunan pendapatan dan laba, mereka belum mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja, yang dapat berdampak negatif pada industri baja di Korea Selatan.