Courtesy of Axios
Sebuah perusahaan cybersecurity menemukan seorang pelamar kerja palsu yang mencoba menyusup ke dalam perusahaan mereka. Kali ini, pelamar tersebut bukan berasal dari Korea Utara, melainkan berpura-pura sebagai seorang insinyur perangkat lunak dari Eropa Timur. Perusahaan tersebut, HYPR, menyadari beberapa tanda mencurigakan saat proses perekrutan, seperti dokumen yang tidak sesuai dengan alamat yang dilaporkan dan penolakan untuk tampil di video selama wawancara. Akhirnya, pelamar tersebut meninggalkan peran sebelum proses onboarding selesai.
Sejak tahun 2022, pemerintah AS telah memperingatkan tentang bahaya pekerja IT dari Korea Utara yang berpura-pura menjadi warga negara AS untuk mendapatkan pekerjaan jarak jauh yang menguntungkan. Mereka sering mencuri identitas orang Amerika dan menggunakan alat AI untuk menyamarkan suara dan penampilan mereka. Kasus ini menunjukkan bahwa taktik yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber semakin beragam dan menjadi perhatian utama di industri cybersecurity, cryptocurrency, dan AI.