Courtesy of TechCrunch
Tahun ini, pencurian aset kripto meningkat pesat, dengan total nilai yang dicuri mencapai Rp 36.18 triliun ($2,2 miliar) , naik 21% dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut laporan Chainalysis, lebih dari setengah jumlah tersebut dicuri oleh kelompok peretas yang terkait dengan Korea Utara. Antara tahun 2017 hingga 2023, para peretas dari Korea Utara dilaporkan telah mencuri sekitar Rp 49.34 triliun ($3 miliar) dalam bentuk aset kripto. Pada tahun 2024, mereka bertanggung jawab atas 61% dari total pencurian, yang bernilai Rp 22.04 triliun ($1,34 miliar) dalam 47 kasus.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar pencurian terjadi antara Januari dan Juli 2024, tetapi setelah pertemuan antara pemimpin Rusia dan Korea Utara pada bulan Juni, jumlah pencurian menurun drastis. Meskipun pencurian kripto terus menjadi ancaman serius, terutama bagi platform keuangan terdesentralisasi yang kurang menerapkan praktik keamanan yang baik, beberapa layanan terpusat juga menjadi target utama. Contohnya, DMM Bitcoin di Jepang kehilangan Rp 5.02 triliun ($305 juta) , dan WazirX di India menghentikan penarikan setelah mengalami pelanggaran keamanan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang terjadi dengan nilai pencurian aset kripto tahun ini?A
Nilai pencurian aset kripto tahun ini meningkat 21% mencapai $2,2 miliar.Q
Siapa yang paling banyak terlibat dalam pencurian aset kripto?A
Kelompok hacker yang terkait dengan Korea Utara adalah yang paling banyak terlibat dalam pencurian aset kripto.Q
Apa dampak pertemuan antara Putin dan Kim Jong Un terhadap aktivitas siber?A
Pertemuan antara Putin dan Kim Jong Un diduga mempengaruhi perubahan taktik kejahatan siber Korea Utara.Q
Apa yang terjadi pada DMM Bitcoin dan WazirX?A
DMM Bitcoin kehilangan $305 juta akibat serangan siber, sementara WazirX menghentikan penarikan setelah pelanggaran keamanan.Q
Mengapa keamanan di platform DeFi menjadi perhatian utama?A
Keamanan di platform DeFi menjadi perhatian karena mereka menjadi target utama pencurian aset kripto.