Courtesy of YahooFinance
Bank Sentral Eropa (ECB) sedang mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, tetapi tidak perlu sampai ke tingkat yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggota Dewan Pengatur, Martins Kazaks, menyatakan bahwa inflasi tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun di bawah 2%, sehingga ECB dapat secara bertahap mengurangi biaya pinjaman. Meskipun ada risiko dari konflik geopolitik dan lingkungan perdagangan yang lebih sulit, Kazaks tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga di bawah tingkat netral, karena ekonomi Eropa tidak terlalu lemah.
Kazaks juga menekankan bahwa kebijakan moneter tidak seharusnya menjadi satu-satunya cara untuk mengatur ekonomi, terutama ketika pertumbuhan terhambat oleh masalah struktural seperti demografi dan aliran modal internasional. Dia mengakui bahwa masih ada ruang untuk pemotongan lebih lanjut dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan langkah yang lebih besar jika ekonomi menjadi lebih lemah. ECB telah mengurangi suku bunga untuk keempat kalinya dan diperkirakan akan terus melakukannya hingga 2025.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang diusulkan oleh Martins Kazaks mengenai suku bunga ECB?A
Martins Kazaks mengusulkan agar ECB menurunkan suku bunga lebih lanjut, tetapi tidak perlu sampai ke tingkat yang dapat merangsang ekspansi ekonomi.Q
Mengapa Kazaks berhati-hati dalam menurunkan suku bunga di bawah tingkat netral?A
Kazaks berhati-hati karena ia percaya bahwa ekonomi tidak cukup lemah dan proyeksi ECB tidak menunjukkan inflasi akan jatuh di bawah target dalam waktu dekat.Q
Apa yang menjadi tantangan bagi pemulihan ekonomi Eropa menurut Kazaks?A
Tantangan bagi pemulihan ekonomi Eropa termasuk masalah demografi dan hambatan dalam aliran modal internasional.Q
Siapa saja yang terlibat dalam diskusi mengenai kebijakan suku bunga di ECB?A
Diskusi mengenai kebijakan suku bunga di ECB melibatkan anggota seperti Christine Lagarde, Francois Villeroy de Galhau, dan Fabio Panetta.Q
Apa yang dapat terjadi jika inflasi tidak mencapai target 2%?A
Jika inflasi tidak mencapai target 2%, ada risiko bahwa kebijakan moneter yang terlalu agresif dapat menyebabkan masalah dalam pertumbuhan ekonomi.