AI dalam Keputusan Akhir Hayat: Membantu atau Menggantikan Manusia?
Courtesy of Forbes

AI dalam Keputusan Akhir Hayat: Membantu atau Menggantikan Manusia?

Menggali peran AI dalam pengambilan keputusan di akhir hayat dengan tetap menjaga keterlibatan manusia dan nilai moral agar proses perencanaan perawatan menjadi lebih tepat dan beretika.

21 Nov 2025, 03.10 WIB
263 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • AI dapat meningkatkan perencanaan perawatan akhir hayat dengan memberikan prediksi yang akurat dan mendorong diskusi.
  • Meskipun AI memiliki potensi, keterlibatan manusia tetap krusial dalam pengambilan keputusan akhir hayat.
  • Perencanaan akhir hayat yang baik dapat mengurangi penggunaan perawatan intensif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
St. Louis, Amerika Serikat - Keputusan terkait perawatan di akhir hayat, seperti apakah dokter harus melakukan resusitasi jika jantung berhenti, merupakan hal yang sangat kompleks dan sensitif. Baru-baru ini, AI mulai digunakan untuk membantu mengantisipasi keinginan pasien dan meningkatkan perencanaan perawatan sebelum situasi darurat terjadi. Meski AI menunjukkan potensi, masih banyak pertanyaan terkait peran manusia dan nilai moral yang harus diperhatikan.
Penelitian di Eropa mengembangkan model AI personalisasi yang bisa memprediksi preferensi pasien terkait intervensi medis akhir hayat dengan akurasi 71%. Ini lebih baik dari prediksi oleh pasangan pasien yang hanya mencapai 59%. Studi lain di St. Louis menggunakan AI untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko kematian tinggi, lalu memberikan peluang bagi mereka untuk memperjelas keinginan mereka sebelum krisis terjadi, yang meningkatkan penggunaan perawatan paliatif dan hospice.
Penting untuk dicatat bahwa AI di kedua studi tersebut berfungsi sebagai alat bantu dan selalu melibatkan manusia. Surrogate manusia dan tenaga medis tetap dilibatkan agar keputusan tidak hanya berdasarkan angka, tapi juga nilai dan konteks personal. Selain itu, para dokter dilatih secara khusus untuk mendukung diskusi dan pengambilan keputusan yang sensitif ini.
Pengalaman masa lalu dengan sistem prediksi seperti APACHE III memperlihatkan bahwa memberi informasi ke pasien yang sedang stres tanpa pendampingan baik bisa memperburuk kondisi psikologis pasien dan keluarganya. Oleh karena itu, pendekatan di St. Louis menempatkan pengawasan manusia sebelum pemberitahuan dari AI sampai kepada dokter untuk mengurangi kelelahan dan memastikan penanganan yang tepat.
Kini sedang dikembangkan model AI yang tidak hanya memprediksi secara klinis tapi juga menghormati nilai moral, budaya, dan konteks pasien. Meski menjanjikan, produk seperti ini masih di tahap eksperimen dan belum diterapkan secara luas. Para ahli menyarankan supaya individu tetap berinisiatif melakukan perencanaan akhir hayat sendiri agar tidak menjadi ketergantungan pada AI.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/michaelmillenson/2025/11/20/how-much-power-should-we-give-ai-in-end-of-life-decisions/

Analisis Ahli

Muhammad Aurangzeb Ahmad
"Mengembangkan AI surrogate yang tidak hanya akurat tetapi juga mempertimbangkan nilai moral dan kultural pasien sebagai pendukung keputusan, bukan pengganti."
Tal Tova Patalon
"Mengingat kompleksitas dan perubahan preferensi pasien, penting bagi individu untuk melakukan perencanaan akhir hayat sendiri agar tidak bergantung penuh pada AI."

Analisis Kami

"Meskipun AI menawarkan potensi besar untuk meningkatkan prediksi dan perencanaan akhir hayat, tidak ada pengganti sempurna untuk empati dan nilai-nilai manusia yang hanya bisa diberikan oleh keluarga dan dokter. AI harus selalu diposisikan sebagai alat bantu, bukan pengambil keputusan utama, terutama dalam konteks yang sangat sensitif seperti ini."

Prediksi Kami

Di masa depan, AI akan menjadi alat bantu penting dalam mendukung keputusan perawatan akhir hayat, namun keterlibatan manusia tetap menjadi keharusan agar nilai kemanusiaan dan moral tetap terjaga.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang dimaksud dengan prediktor preferensi pasien dalam konteks perawatan akhir hayat?
A
Prediktor preferensi pasien adalah model AI yang dirancang untuk memprediksi keinginan pasien terkait intervensi medis di akhir hayat mereka.
Q
Bagaimana AI dapat membantu dalam perencanaan perawatan akhir hayat?
A
AI dapat membantu dengan memberikan prediksi risiko kematian yang dapat mendorong pasien untuk mendiskusikan dan merencanakan preferensi akhir hayat mereka sebelum situasi darurat terjadi.
Q
Apa temuan utama dari studi yang dilakukan oleh peneliti di St. Louis?
A
Studi di St. Louis menunjukkan bahwa penggunaan prediksi AI meningkatkan perencanaan akhir hayat dan penggunaan perawatan paliatif serta hospice.
Q
Mengapa penting untuk melibatkan manusia dalam keputusan akhir hayat meskipun ada prediksi AI?
A
Penting untuk melibatkan manusia karena preferensi dan nilai pasien dapat berubah seiring waktu, dan manusia dapat memberikan wawasan tambahan yang tidak dapat diprediksi oleh AI.
Q
Apa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan AI yang menghormati nilai moral pasien?
A
Tantangan dalam mengembangkan AI yang menghormati nilai moral termasuk memastikan bahwa AI dapat memahami dan merepresentasikan nilai-nilai, hubungan, dan pandangan dunia pasien.