Dampak Media Sosial Terhadap Perasaan Selalu Diawasi pada Remaja dan Kecemasan Sosial
Courtesy of Forbes

Dampak Media Sosial Terhadap Perasaan Selalu Diawasi pada Remaja dan Kecemasan Sosial

Menjelaskan bagaimana media sosial mempengaruhi konsep imaginary audience dan mental kaum muda, serta mengedukasi pembaca mengenai pentingnya memahami pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental dan perilaku sosial mereka.

10 Nov 2025, 09.45 WIB
287 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Media sosial dapat memperkuat perasaan 'audience imajiner' pada remaja, yang berkontribusi pada kecemasan sosial.
  • Pentingnya menilai penggunaan media sosial dalam praktik terapi untuk membantu remaja mengatasi masalah kesehatan mental.
  • Orang tua harus memperhatikan tidak hanya konten yang diakses anak-anak di media sosial, tetapi juga dampaknya terhadap kesehatan emosional mereka.
Media sosial kini menjadi bagian besar dalam kehidupan kaum muda, yang membawa dampak pada bagaimana mereka melihat diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain. Studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berkaitan langsung dengan meningkatnya perasaan bahwa mereka selalu diawasi dan dinilai oleh orang lain, dikenal dengan istilah 'imaginary audience'. Perasaan ini membuat banyak remaja merasa cemas dan takut untuk tampil di depan umum.
Istilah imaginary audience pertama kali diperkenalkan oleh psikolog David Elkind pada tahun 1960-an, yang menjelaskan egosentrisme remaja di mana mereka merasa bahwa semua orang selalu memperhatikan dan mengkritik mereka. Dalam perkembangan tersebut, media sosial menyebabkan fenomena ini menjadi semakin nyata karena remaja bisa dengan mudah membandingkan diri mereka dengan orang lain dan merasa harus tampil sempurna setiap saat.
Selain itu, media sosial mendorong perilaku performatif seperti mencari likes, views, dan membandingkan profil sosial yang dapat memperparah kecemasan sosial. Pengguna muda tidak hanya merasa terus-menerus dinilai tapi juga berperan sebagai audiens bagi orang lain, sehingga menciptakan siklus berulang dari ketakutan dan tekanan sosial.
Fenomena imaginary audience dan egosentrisme ini dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi. Namun, banyak terapis tidak secara rutin menilai dampak media sosial pada klien muda mereka, sehingga faktor penting ini sering terabaikan dalam penanganan masalah psikologis.
Agar kaum muda dapat memiliki hubungan yang sehat dengan media sosial, diperlukan edukasi dan metode terapi yang fokus pada mengurangi kebutuhan untuk selalu tampil sempurna dan meyakinkan mereka bahwa tidak semua orang selalu mengawasi mereka. Orang tua juga perlu memahami emosi yang dialami anak-anak mereka akibat tekanan media sosial agar dapat membantu mereka melewati masa perkembangan dengan lebih sehat.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/ericwood/2025/11/09/studies-suggests-that-social-media-creates-a-real-imaginary-audience/

Analisis Ahli

David Elkind
"Konsep imaginary audience tetap relevan dan diperkuat oleh perkembangan teknologi media sosial yang memungkinkan pengawasan sosial secara konstan."
American Psychological Association
"Media sosial memperkuat perilaku performatif yang berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis pengguna muda."

Analisis Kami

"Media sosial menciptakan sebuah lingkaran setan di mana kaum muda merasa terus-menerus dipantau sehingga memperbesar rasa cemas dan egosentrisme yang sebenarnya harusnya berkurang seiring bertambahnya usia. Jika penanganan kesehatan mental tidak mulai memasukkan evaluasi penggunaan media sosial, kita berisiko melihat peningkatan gangguan kecemasan dan isolasi sosial yang kronis di kalangan generasi muda."

Prediksi Kami

Di masa depan, kecemasan sosial dan masalah kesehatan mental terkait imaginary audience akan semakin meluas jika media sosial terus menguatkan perilaku perfoma dan perasaan selalu diawasi tanpa intervensi yang tepat dari ahli dan orang tua.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang dimaksud dengan 'audience imajiner' dalam konteks remaja?
A
'Audience imajiner' adalah konsep yang menggambarkan bagaimana remaja merasa bahwa mereka selalu diawasi dan dinilai oleh orang lain, yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Q
Bagaimana media sosial mempengaruhi kecemasan sosial di kalangan remaja?
A
Media sosial dapat meningkatkan kecemasan sosial dengan menciptakan perasaan bahwa pengguna selalu dinilai dan dibandingkan dengan orang lain.
Q
Apa dampak perilaku performatif yang dihasilkan oleh media sosial?
A
Perilaku performatif dapat menghasilkan tekanan untuk tampil sempurna di media sosial, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kecemasan dan ketidakpuasan diri.
Q
Mengapa penting bagi terapis untuk mempertimbangkan penggunaan media sosial dalam praktik mereka?
A
Penting bagi terapis untuk mempertimbangkan penggunaan media sosial karena dapat menjadi faktor penyebab utama dalam masalah kesehatan mental yang dialami oleh remaja.
Q
Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk memahami dampak media sosial pada anak-anak mereka?
A
Orang tua dapat mendiskusikan pengalaman emosional anak-anak mereka terkait media sosial dan membantu mereka mengembangkan hubungan yang sehat dengan platform tersebut.