Courtesy of TechCrunch
Pada akhir September, Brandon Tseng, salah satu pendiri Shield AI, menyatakan bahwa senjata di AS tidak akan pernah sepenuhnya otonom, artinya algoritma AI tidak akan membuat keputusan akhir untuk membunuh. Namun, hanya lima hari kemudian, Palmer Luckey, pendiri Anduril, menunjukkan keterbukaan terhadap senjata otonom, dengan menyatakan bahwa ada argumen yang perlu dipertimbangkan. Dia menekankan bahwa senjata seperti ranjau darat tidak dapat membedakan antara bus sekolah dan tank musuh, sehingga ada kebutuhan untuk mempertimbangkan bagaimana teknologi ini digunakan.
Sementara itu, pemerintah AS memiliki posisi yang ambigu mengenai senjata otonom. Meskipun militer AS tidak membeli senjata sepenuhnya otonom, mereka tidak melarang perusahaan untuk membuatnya. Beberapa pendiri perusahaan teknologi pertahanan, seperti Joe Lonsdale, juga menunjukkan kesediaan untuk mempertimbangkan senjata otonom, dengan menekankan pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang teknologi ini oleh para pembuat kebijakan. Di sisi lain, aktivis dan kelompok hak asasi manusia telah berusaha untuk melarang senjata otonom, tetapi upaya tersebut belum berhasil. Di tengah konflik di Ukraina, beberapa pejabat Ukraina mendorong penggunaan lebih banyak otomatisasi dalam senjata untuk mendapatkan keunggulan.