Courtesy of AsianScientist
Kebiasaan Makan Sehari-hari Bisa Tingkatkan Risiko Osteoporosis dan Patah Tulang
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kebiasaan makan seperti melewatkan sarapan dan makan malam larut dapat meningkatkan risiko osteoporosis, serta menyoroti pentingnya perbaikan gaya hidup secara keseluruhan untuk mencegah patah tulang.
27 Sep 2025, 07.00 WIB
306 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Pola makan yang buruk, seperti melewatkan sarapan dan makan larut malam, dapat meningkatkan risiko osteoporosis.
- Kebiasaan hidup yang tidak sehat lainnya, seperti kurang olahraga dan merokok, juga berkontribusi terhadap risiko osteoporosis.
- Penelitian ini menunjukkan perlunya pendekatan holistik dalam mencegah osteoporosis melalui perubahan gaya hidup.
Nara, Jepang - Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi lemah dan mudah patah, biasanya disebabkan oleh faktor usia, hormon, dan gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok dan kurang olahraga. Namun, penelitian baru dari Jepang menunjukkan bahwa kebiasaan makan sehari-hari seperti melewatkan sarapan dan makan malam larut juga turut meningkatkan risiko penyakit ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Nara Medical University menggunakan data dari lebih dari 927 ribu orang dewasa di Jepang dan menemukan bahwa mereka yang sering melewatkan sarapan atau makan malam terlalu larut cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami patah tulang yang disebabkan oleh osteoporosis.
Selain kebiasaan makan yang buruk, para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang ini biasanya memiliki gaya hidup lain yang tidak sehat, seperti kurang tidur, kurang berolahraga, dan merokok, yang semuanya dapat memperburuk kesehatan tulang secara keseluruhan.
Osteoporosis sering disebut sebagai penyakit diam karena gejalanya jarang muncul sampai terjadi patah tulang, terutama di bagian tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Karena itu, pencegahan sangat penting dan tidak hanya melibatkan olahraga dan pengaturan hormon, tapi juga pola makan yang sehat dan teratur.
Para peneliti berharap agar ke depan ada lebih banyak studi yang mengkaji hubungan antara waktu makan dan kesehatan tulang, serta penggunaan panduan praktis seperti mengatur waktu sarapan dan makan malam sebagai bagian dari upaya mencegah osteoporosis dan patah tulang.
Referensi:
[1] https://www.asianscientist.com/2025/09/health/late-night-dinners-and-skipped-breakfasts-linked-to-weaker-bones/
[1] https://www.asianscientist.com/2025/09/health/late-night-dinners-and-skipped-breakfasts-linked-to-weaker-bones/
Analisis Ahli
Hiroki Nakajima
"Melewatkan sarapan dan makan malam larut meningkatkan risiko osteoporosis yang sebelumnya kurang diperhatikan, dan kebiasaan ini juga berkontribusi terhadap faktor risiko gaya hidup secara keseluruhan."
Analisis Kami
"Penelitian ini membuka wawasan penting bahwa pola makan sehari-hari berpengaruh besar terhadap kesehatan tulang, bukan hanya faktor usia atau hormon. Langkah preventif sebaiknya tidak hanya fokus pada suplemen atau olahraga, tetapi juga perubahan kebiasaan makan yang konsisten dan teratur."
Prediksi Kami
Dengan semakin banyaknya bukti yang menghubungkan kebiasaan makan dengan osteoporosis, kemungkinan akan muncul panduan kesehatan baru yang menekankan pentingnya waktu makan sebagai bagian dari strategi pencegahan osteoporosis.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dimaksud dengan osteoporosis?A
Osteoporosis adalah gangguan tulang yang ditandai dengan tulang yang melemah dan berisiko tinggi untuk patah.Q
Apa yang ditemukan oleh penelitian baru dari Jepang tentang pola makan dan osteoporosis?A
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan sehari-hari, seperti melewatkan sarapan dan makan larut malam, dapat meningkatkan risiko osteoporosis.Q
Mengapa skipping breakfast dan makan larut malam dianggap berisiko?A
Kebiasaan buruk ini telah dikaitkan dengan masalah kesehatan lainnya seperti obesitas dan diabetes tipe 2, serta densitas mineral tulang yang lebih rendah.Q
Apa yang perlu dilakukan untuk mencegah osteoporosis?A
Untuk mencegah osteoporosis, diperlukan kebiasaan makan yang sehat dan perbaikan perilaku gaya hidup secara keseluruhan.Q
Apa yang menjadi fokus penelitian ini?A
Fokus penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara kebiasaan makan dan fraktur osteoporotik menggunakan data klaim besar di Jepang.