Courtesy of YahooFinance
Selama masa kepresidenan Donald Trump yang pertama, pasar saham menjadi salah satu cara dia mengukur keberhasilan. Dia sering mengklaim bahwa kenaikan saham adalah hasil dari kebijakannya dan mendorong masyarakat untuk berinvestasi. Saat ini, menjelang kemungkinan masa jabatan keduanya, pasar saham kembali menjadi fokus utama. Namun, beberapa kebijakan ekonomi yang dia usulkan dapat meningkatkan risiko inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada kekhawatiran tentang kebijakan seperti tarif tinggi yang dapat mempengaruhi hubungan perdagangan, banyak investor percaya bahwa Trump tidak akan mengambil langkah yang dapat merugikan pasar saham.
Baca juga: Saham AS Menghapus Rally Trump Senilai Rp 59.20 quadriliun ($3,6 Triliun) Saat Tarif Menggigit
Investor saat ini khawatir tentang dampak dari kebijakan tarif yang diusulkan Trump, yang bisa menyebabkan penurunan nilai saham. Meskipun ada risiko, banyak yang berpendapat bahwa Trump akan berusaha menjaga pasar tetap stabil karena dia sangat memperhatikan kinerja saham. Namun, situasi saat ini berbeda dari saat dia pertama kali menjabat, dengan kondisi ekonomi dan suku bunga yang lebih tinggi. Jika Trump terlalu reaktif terhadap pergerakan pasar, hal ini bisa menyebabkan ketidakstabilan yang justru merugikan nilai saham.