Courtesy of Forbes
Analisis prediktif dan kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan oleh pemimpin bisnis untuk merencanakan masa depan keuangan organisasi mereka. Meskipun alat ini dapat memberikan wawasan yang tampak akurat, ada risiko besar jika terlalu bergantung pada data. Seperti yang dialami oleh Target pada tahun 2022, kesalahan dalam memprediksi perilaku konsumen dapat menyebabkan kerugian besar. Target mengira pola belanja selama pandemi akan terus berlanjut, tetapi ternyata banyak konsumen beralih ke produk yang berkaitan dengan perjalanan dan pertemuan sosial, yang menyebabkan mereka mengalami kelebihan stok dan penurunan nilai saham.
Denise Worrell, seorang ahli desain yang berfokus pada manusia, menekankan pentingnya menggabungkan data kuantitatif dengan wawasan kualitatif untuk memahami perilaku manusia yang kompleks. Meskipun angka memberikan rasa objektivitas, kenyataannya perilaku manusia tidak selalu dapat diprediksi. Contohnya, generasi Boomers lebih suka berbicara dengan orang langsung daripada AI dalam layanan pelanggan, tetapi mereka juga terlibat dengan teknologi AI lebih dari yang diperkirakan. Oleh karena itu, untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik, penting bagi perusahaan untuk tidak hanya mengandalkan angka, tetapi juga memahami nilai, emosi, dan motivasi konsumen.