Courtesy of CNBCIndonesia
Ikhtisar 15 Detik
- Pemberlakuan tarif resiprokal oleh Trump bertujuan untuk mendorong produksi dalam negeri.
- Apple menghadapi banyak tantangan dalam memindahkan produksi dari China ke AS, termasuk masalah tenaga kerja dan rantai pasokan.
- Kualitas produk yang diproduksi di AS mungkin tidak sebaik yang diproduksi di China pada awalnya.
Amerika Serikat - Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif resiprokal untuk mendorong produksi dalam negeri, yang berdampak pada perusahaan seperti Apple. Apple memiliki lini produksi yang tersebar di berbagai negara seperti China, India, Vietnam, dan Thailand. Tarif resiprokal akan membuat impor produk iPhone dari China lebih mahal, sehingga harga jualnya pun terancam naik. Trump menunda tarif resiprokal untuk banyak negara hingga 90 hari untuk membuka proses negosiasi, namun China tetap diberikan tarif resiprokal 145%.
Salah satu solusi yang realistis menurut Profesor Emeritus Duke University, Gary Gereffi, adalah dengan merekonstruksi rantai pasokan dan mengalihkan manufaktur komponen utama ke Amerika Utara. Namun, perakitan di AS bakal membutuhkan lebih banyak tenaga kerja manusia dan robot, yang menjadi masalah besar mengingat AS mengalami kekurangan tenaga kerja yang sangat parah. Selain itu, AS telah kehilangan seni manufaktur skala besar, yang membuat produksi di AS menjadi lebih sulit.
Apple pernah berencana memproduksi Mac Pro di AS, namun kesulitan menemukan sekrup yang cukup menjadi hambatan besar. Pabrik di Austin, Texas hanya bisa memproduksi paling banyak 1.000 sekrup dalam sehari, yang bisa menunda penjualan perangkat selama berbulan-bulan. Masalah ini bisa terselesaikan dengan mudah di China, di mana Apple bisa mengandalkan pabrik yang bisa memproduksi sekrup khusus dalam jumlah besar dengan waktu singkat. Tantangan ini menggambarkan betapa sulitnya bagi Apple untuk memindahkan produksi ke luar China.