Courtesy of CNBCIndonesia
Ikhtisar 15 Detik
- Pabrik pengolahan emas PT Freeport Indonesia di Gresik merupakan yang terbesar di Indonesia.
- Investasi emas dianggap sebagai pilihan yang stabil dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.
- PT Freeport Indonesia telah menjalin kontrak penjualan emas dengan PT Aneka Tambang Tbk untuk mendukung pasar dalam negeri.
Pemerintah Indonesia baru saja meresmikan pabrik pengolahan emas terbesar di Indonesia yang bernama Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini diperkirakan dapat memproduksi 50-60 ton emas batangan setiap tahun. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyebutkan bahwa PT Freeport telah menjalin kontrak penjualan dengan PT Aneka Tambang Tbk untuk 30 ton emas per tahun, dan sisanya akan diprioritaskan untuk pasar dalam negeri.
Investasi untuk pabrik ini mencapai sekitar 630 juta dolar AS atau setara dengan 10 triliun rupiah. PMR ini juga merupakan bagian dari smelter konsentrat tembaga yang terbesar di dunia. Bahlil menekankan bahwa emas yang dihasilkan dari pabrik ini sudah memiliki sertifikat internasional, sehingga masyarakat tidak perlu ragu untuk berinvestasi di bidang emas. Sebanyak 125 kilogram emas batangan dengan kemurnian 99,99% telah dikirimkan kepada PT Aneka Tambang pada bulan Februari 2025.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang diresmikan oleh pemerintah di Gresik?A
Pemerintah meresmikan fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia.Q
Berapa ton emas yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh pabrik tersebut?A
Pabrik tersebut diperkirakan dapat menghasilkan total 50-60 ton emas batangan per tahun.Q
Siapa yang melakukan kontrak penjualan dengan PT Freeport Indonesia?A
PT Freeport Indonesia melakukan kontrak penjualan dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).Q
Apa nilai investasi pabrik pengolahan emas ini?A
Nilai investasi pabrik pengolahan emas ini mencapai US$ 630 juta atau setara Rp 10 triliun.Q
Mengapa investasi emas dianggap stabil oleh Menteri ESDM?A
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menganggap investasi emas stabil di era ekonomi global yang tidak menentu.