Courtesy of TechCrunch
Ikhtisar 15 Detik
- Kode Etik baru bertujuan untuk memberikan panduan bagi pembuat model GPAI dalam memenuhi kewajiban hukum.
- Bagian hak cipta dalam draf Kode Etik masih menjadi area yang kontroversial dan dapat mempengaruhi cara perusahaan menggunakan data.
- Tekanan dari AS dapat mempengaruhi bagaimana Uni Eropa merumuskan dan menerapkan regulasi AI di masa depan.
Menjelang tenggat waktu pada bulan Mei untuk memberikan panduan bagi penyedia model AI umum (GPAI) agar mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang AI Uni Eropa, draf ketiga Kode Etik telah diterbitkan. Kode ini bertujuan membantu pembuat model GPAI memahami kewajiban hukum mereka dan menghindari sanksi akibat ketidakpatuhan. Draf terbaru ini memiliki struktur yang lebih sederhana dan berisi panduan tentang transparansi, hak cipta, serta kewajiban keselamatan dan keamanan untuk model-model AI yang paling kuat.
Namun, ada kekhawatiran mengenai penggunaan bahasa yang tidak tegas dalam bagian hak cipta, yang bisa memberi ruang bagi perusahaan besar untuk terus menggunakan informasi yang dilindungi tanpa izin. Sementara itu, ada tekanan dari pihak AS yang mengkritik regulasi ketat di Eropa, dengan beberapa perusahaan AI mengaku kesulitan untuk mematuhi aturan yang ada. Uni Eropa juga sedang mempersiapkan panduan tambahan untuk memperjelas tanggung jawab para pembuat model GPAI.